Mohon tunggu...
Ferry Aldina
Ferry Aldina Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Writerpreneur I Islamic Parenting Blogger

Praktisi Parenting Islam

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Yang Kutakutkan tentang Kematian

14 Desember 2017   07:23 Diperbarui: 14 Desember 2017   08:34 939
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari nationalgeographic.co.id

Mungkin kita pernah mendengar dalam suatu nasihat Rasulullah Shallahu 'Alaihi Wasallam untuk sering-sering berkunjung ke kuburan. Ibrah dari anjuran Beliau adalah untuk selalu mengenang akan kehidupan abadi akan kita jumpai.

Sisi kehidupan dunia akan berakhir dan dimulai dengan kehidupan yang tidak akan ada ujungnya, yaitu kehidupan akhirat. Namun, sebelum jauh-jauh kita ke tempat kuburan. Mari kita sejenak untuk merenungi detik-detik yang paling dekat ke tempat kematian.

Rumah sakit adalah tempat manusia berkumpul dalam mencari pengobatan. Khawatir akan penyakit yang bisa merenggut segala harapan di dunia menjadikan rumah sakit adalah "tempat transit" orang-orang sebelum menuju kematian.

Disanalah kita bisa melihat orang yang gagah tiba-tiba lemah tergopoh-gopoh diatas kursi roda. Disanalah kita bisa mendengar jerit kesakitan orang yang meminta kesembuhan. Disanalah pula kita bisa merasakan jiwa-jiwa yang mengerti arti makna kesehatan.

Perenungan akan kematian adalah wahana terbaik untuk menjaga konsistensi dalam beribadah. Kadang kita berbangga dengan kemegahan rumah tetapi melupakan kesempitan rumah abadi kelak. Kadang kita berbangga akan kelimpahan harta yang hanya ingin memuaskan keinginan tanpa melihat kebutuhan. Dan kadang kita juga lupa arti makna dunia yang sebentar dengan selalu berlama-lama dalam kesia-sian.

Yang aku takutkan tentang kematian bukan perkara kapan dan dimana aku disemayamkan. Namun, dalam keadaan apa kala itu aku dipanggil menuju Rabb-ku. Aku pernah mendengar ceramah bahwa keseharian atau kebiasaan seseorang lebih menunjukkan dalam keadaan apa kita meninggal.

Seorang pembalap yang menghabiskan waktu hidupnya dengan balapan, bisa jadi meninggal dalam keadaan mengemudi. Seorang pecandu maksiat bisa jadi meninggal dalam lautan kesenangan sesaatnya. Naudzubillah.

Namun Sang Pengendali Kematian sudah menetapkan ajal kita. Ketika empat bulan kita diberikan nyawa, saat itu pula kita ditetapkan tentang waktu kematian. Perkara dalam keadaan apa kita menjelang kematian adalah misteri dan mungkin itu adalah pilihan manusia mau dalam keadaan apa kita menginginkan kematian.

Karena sejatinya hidup ini pilihan dan menjadi baik pun sebuah pilihan. Sedangkan meninggal dalam keadaan baik bukan merupakan pilihan kita tetapi justru harapan kita. Harapan yang semoga diri ini terus konsisten dalam keadaan ingin hijrah dan penuh ketaubatan.

Semoga kita selalu diingatkan akan kematian.

Semoga kita selalu merenungi setiap dosa yang telah diperbuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun