Keterkaitan kuantum menunjukkan bahwa partikel yang terpisah secara jarak dapat saling mempengaruhi secara instan. Dalam konteks simulasi, ini bisa diinterpretasikan sebagai bukti bahwa partikel-partikel ini mungkin bagian dari kode simulasi yang menjalankan algoritma tertentu, di mana informasi dapat ditransmisikan atau diubah secara instan tanpa terikat oleh batasan fisik.
Pelanggaran ketidaksetaraan Bell mendukung pandangan bahwa alam semesta tidak beroperasi berdasarkan hukum realitas lokal yang kita pahami secara klasik. Ini sejalan dengan teori simulasi yang mengusulkan bahwa hukum-hukum fisika yang kita amati mungkin adalah aturan yang ditetapkan oleh programmer simulasi, dan mungkin berbeda dari hukum-hukum yang berlaku dalam realitas "asli" di luar simulasi.
Mekanika kuantum mendasarkan banyak fenomenanya pada probabilitas dan ketidakpastian, bukan kepastian deterministik. Hal ini bisa dibandingkan dengan cara kerja program komputer yang menggunakan variabel dan kondisi untuk menghasilkan hasil tertentu, yang bisa sangat berbeda dari satu simulasi ke simulasi lainnya. Jika alam semesta kita adalah simulasi, maka fenomena kuantum bisa menjadi manifestasi dari proses komputasi yang terjadi di dalam sistem simulasi.
Perkembangan teknologi seperti komputasi kuantum menunjukkan bahwa kita semakin mampu mereplikasi sistem kuantum melalui teknologi buatan. Ini dapat diartikan sebagai langkah awal menuju pembuatan simulasi yang semakin kompleks, mengindikasikan bahwa suatu entitas yang lebih maju mungkin sudah mampu membuat simulasi yang jauh lebih rumit, termasuk simulasi dari seluruh alam semesta.*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H