Saya sangat setuju sekali dengan pernyataan yang coba di lemparkan Sujiwo Tedjo dalam buku terbarunya yang berjudul “Ngawur karena benar”. di dalam bukunya tersebut, dia mengatakan, sekarang ini orang berani mati itu ecek-ecek. memang ada benarnya, di zaman yang serba semrawut ini, di peri kehidupan yang carut marut ini, yang mana kata optimis adalah barang langka, atau malah seharusnya di hapuskan saja dari kamus bahasa Indonesia, butuh sebuah keberanian ekstra, butuh orang-orang yang bernyali besar untuk mampu dan mau menjalaninya.
Lihatlah, di luar sana, jutaan pengangguran yang bahkan tidak tahu apa yang harus mereka lakukan, sebagian malah telah melangkah lebih jauh dan telah bertransformasi jadi pengangguran abadi. tetapi mereka tetap punya keberanian menjalani hidup mereka, mereka jalani lagi....lagi...dan lagi, tanpa tahu dan peduli kemana hidup akan menyeret mereka.
buruh-buruh kecil, orang-orang yang terpinggirkan, mereka tetap asyik dan enjoy menjalani hari-hari mereka. walaupun dengan bayaran kecil, walaupun dengan nasib yang tidak menentu, bahkan walaupun mereka tahu persis bahwa mereka hanya mengharapkan sisa-sisa, ya..sesuatu yang seharusnya jadi hak mereka telah di curi dan di acak-acak oleh bandit-bandit besar, dan yang tertinggal adalah sisa yang di muntahkan bandit-bandit yang kekenyangan. tetapi mereka tetap punya seribu nyali untuk melanjutkan hari esok......esok....dan esok lagi.
coba kita perhatikan, betapa keriangan anak-anak bangsa, tawa dan canda mereka, menatap kesuraman masa depan. masa depan yang nyaris tanpa pengharapan. dengan ceria, mereka menunggu warisan dunia dari pendahulu mereka, yang nyatanya telah nyaris porak poranda oleh ulah kakek-kakek mereka, bapak-bapak mereka. sekali lagi, menjalani hidup seperti ini hanya dan hanya bisa di lakukan oleh manusia-manusia hebat, orang-orang kuat.
jadi salah besar kalau ada yang mengatakan manusia yang berani mati adalah manusia hebat, orang kuat dan berjiwa kesatria. berani mati hanya di lakukan oleh mereka yang berjiwa pengecut dan malas berpikir. kenapa saya bilang pengecut atau bodoh, dari sekian aksi bunuh diri, entah yang sendiri atau dengan memaksa mengajak orang lain, itu semua hanya bisa di lakukan oleh orang yang ketakutan. takut kepada musuh-musuh mereka, takut dengan masalah-masalah mereka, memimpikan sesuatu bisa di raih dengan jalan pintas.
zaman telah berubah, pun nilai-nilai di dalamnya juga berangsur berubah. jika dulu, di zaman pergolakan dulu, berani mati adalah manifestasi dari luhurnya sebuah nilai, wujud loyalitas dan jiwa patriotisme, tetapi sekarang, berani mati adalah cerminan orang-orang kerdil, wujud dari sempitnya jiwa seseorang.
dan ketika berani mati itu, ecek-ecek, masihkah kita memaksa untuk mati???
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H