Hingga akhirnya saya menunggu cukup lama untuk bisa membaca kelanjutan buku ini. Delapan tahun saya menanti kelanjutan kisah Supernova, dan tentu saja saat buku tersebut terbit, saya langsung membeli edisi bertanda-tangan. Tidak butuh waktu lama untuk menuntaskan membaca Partikel. Penantian lama itu terbayar dengan kisah Zarah yang cukup epik. Bisa dibilang sosok Zarah sangat menginspirasi saya, bahwa menjadi berbeda itu tidak menakutkan, dan hidup ini merupakan arena perjudian yang kita tidak tahu kapan kita akan kalah atau menang.
Selain dari alur cerita dan penokohan, yang saya suka dari buku ini adalah latar tempat. Ada banyak latar tempat pada novel ini, misalnya saja Batu Luhur di Bogor, Tanjung Puting, Afrika, Salisbury. Karena kecintaan saya terhadap buku ini, saya sampai mengunjungi salah satu latar tempat yang ada di Supernova Partikel, yaitu Taman Nasional Tanjung Puting. Zarah mengalami proses pendewasaan di Tanjung Puting, sebelum akhirnya direkrut untuk menjadi fotografer ke Inggris.
Awal tahun 2019 saya berkesempatan untuk mengikuti trip 'living on board' di Taman Nasional Tanjung Puting. Di sana saya menyusuri Sungai Sekonyer, mengunjungi Camp Leaky, melihat orang utan di habitatnya, dan tidur di atas perahu yang terapung di sungai dengan diiringi suara musik alam. Tentu saja saya sangat menikmati perjalanan tersebut, sejenak melupakan rutinitas dan benar-benar beristirahat dari dunia digital, tanpa ponsel.
Akhir dari cerita saya kali ini adalah, jangan pernah takut untuk menjadi berbeda, setiap manusia memang dirancang untuk terluka. Namun manusia pun dirancang untuk menjadi kuat. Kekuatanmu ada pada kemampuanmu bangkit kembali setelah berkali-kali jatuh. Tidak perlu mencari jawaban kebahagiaan, karena jawaban itu ada pada dirimu sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H