Mohon tunggu...
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cemburu Hati

7 Agustus 2024   16:16 Diperbarui: 7 Agustus 2024   16:20 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

---

Manis dan Indah.. 

Mungkin itu kata yang tepat.. 

Untuk menggambarkan awal pertemuan kita.. 

Menunjukkan pada semesta kalau kamu memang tercipta untukku.. 

Detak waktu pun berjalan..

Hari berganti bulan.. 

Bulan berganti tahun.. 

Dan waktu seolah bergerak secepat angin..

Saat itulah baru ku sadari.. 

Kamu pun mulai berubah.. 

Kita tak lagi saling peduli.. 

Lalu mulai kehilangan arah.. 

Cemburu perlahan merasuki hati.. 

Pikiran tak lagi memikirkan rindu.. 

Semua rasa pergi menjauh.. 

Dua jiwa retak dan tak lagi utuh..

Mungkin aku bukanlah manusia yg sempurna.. 

Tapi aku bisa membuatmu bahagia.. 

Mungkin aku bukanlah manusia yg bijak.. 

Tapi aku bisa menenangkan kegelisahanmu..

Aku masih berharap pada doa.. 

Yang selalu ku tasbihkan setiap malam..

Agar dirimu kembali seperti dulu lagi.. 

Membuatku merasa nyaman dan selalu ceria.. 

Tapi.. 

Jika memang takdir tak lagi memihak.. 

Aku harus kuat menghadapi..

Semua kenyataan yang sulit..

Lalu melupakan masa lalu.. 

Dan kembali menata masa depan.. 

Semoga sakit yang ku rasa ini.. 

Menjadi obat dalam kesembuhan hati..

---

Kenangan indah yang pernah kita ukir.. 

Kini terasa begitu jauh.. 

Hanya bayangan samar di ujung ingatan.. 

Menghadirkan luka yang tak kunjung sembuh..

Namun di balik rasa perih ini.. 

Aku belajar tentang ketabahan.. 

Menguatkan hati yang rapuh.. 

Menyusun kembali puing-puing harapan..

Walau dirimu mungkin tak kembali.. 

Aku tetap berterima kasih.. 

Atas semua cinta yang pernah ada.. 

Yang membuatku lebih dewasa..

---

Dalam kesendirian aku merenung.. 

Menggali makna dari setiap perpisahan.. 

Mencari hikmah di balik rasa sakit.. 

Mengukir semangat baru di tengah kerapuhan..

---

Hari demi hari aku lalui.. 

Dengan hati yang perlahan pulih.. 

Mencoba menerima kenyataan.. 

Bahwa cinta tak selalu abadi..

Meskipun begitu, aku tak menyerah.. 

Pada harapan dan mimpi yang baru.. 

Yang kan membawaku pada kebahagiaan.. 

Yang sejati dan tulus dari hati..

---

Kini aku berjalan sendiri.. 

Dengan langkah yang lebih pasti.. 

Menatap masa depan dengan senyuman.. 

Meski hati pernah terluka dalam..

Biarlah waktu yang menyembuhkan.. 

Dan cinta yang kan membimbing.. 

Pada kebahagiaan yang sebenarnya.. 

Tanpa harus cemburu lagi..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun