Mohon tunggu...
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

William C. Chittick: Pluralisme dan Tarekat

7 Agustus 2024   04:05 Diperbarui: 7 Agustus 2024   04:26 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.williamcchittick.com/#about

William C. Chittick adalah seorang sarjana terkenal dalam bidang studi Islam dan sufisme yang dikenal atas karya-karyanya yang mendalam mengenai metafisika dan kosmologi Islam. Salah satu tema sentral yang diusung oleh Chittick dalam karya-karyanya adalah pluralisme dan peran tarekat (ordo sufi) dalam menjembatani berbagai perbedaan antaragama dan budaya.

### Pluralisme dalam Perspektif Chittick

Pluralisme, dalam konteks yang dibahas oleh Chittick, tidak hanya berarti adanya berbagai agama dan keyakinan yang hidup berdampingan. Lebih dari itu, pluralisme bagi Chittick mencakup pengakuan dan penghargaan terhadap kebenaran yang terkandung dalam setiap tradisi agama. Chittick menekankan bahwa dalam tradisi Islam, khususnya dalam ajaran-ajaran sufisme, terdapat prinsip universalitas yang menghormati keberagaman. Menurutnya, Islam sebagai agama yang mengajarkan tentang Tauhid (keesaan Tuhan), mengandung ajaran bahwa Tuhan adalah satu, tetapi manifestasi kebenaran-Nya bisa berbeda-beda dalam berbagai tradisi keagamaan.

Chittick mengacu pada karya-karya tokoh sufi seperti Ibn Arabi yang terkenal dengan doktrin "Wahdat al-Wujud" (kesatuan wujud). Ibn Arabi mengajarkan bahwa di balik keragaman yang terlihat, terdapat kesatuan yang esensial. Semua bentuk keberagaman, baik dalam budaya, bahasa, maupun agama, merupakan manifestasi dari satu realitas ilahi. Oleh karena itu, menghargai dan memahami keragaman adalah bagian dari memahami Tuhan yang satu dan tak terbatas.

### Peran Tarekat dalam Mempromosikan Pluralisme

Tarekat atau ordo sufi memainkan peran penting dalam mewujudkan dan mempromosikan pluralisme yang dijelaskan oleh Chittick. Tarekat adalah komunitas spiritual yang berfokus pada pencarian kedekatan dengan Tuhan melalui berbagai praktik spiritual seperti dzikir, meditasi, dan doa. Tarekat sering kali menjadi ruang di mana berbagai individu dari latar belakang budaya dan agama yang berbeda bisa berkumpul dan berbagi pengalaman spiritual.

Chittick melihat tarekat sebagai wadah yang efektif untuk membangun jembatan antara berbagai kelompok agama. Ini karena tarekat lebih menekankan pada aspek batiniah dan pengalaman pribadi dalam pencarian spiritual, yang sering kali melampaui batas-batas formal dan dogmatis dari agama-agama yang berbeda. Dengan demikian, tarekat dapat menjadi tempat di mana dialog antaragama terjadi dalam suasana yang lebih intim dan mendalam.

### Mengatasi Tantangan Pluralisme

Meski tarekat memiliki potensi besar dalam mempromosikan pluralisme, Chittick juga menyadari berbagai tantangan yang dihadapinya. Salah satu tantangan utama adalah adanya kecenderungan eksklusivisme dan fanatisme dalam beberapa kelompok agama yang menolak keberagaman. Di beberapa konteks, tarekat juga menghadapi tekanan dari kelompok-kelompok yang menganggap praktik-praktik sufi sebagai bid'ah atau penyimpangan dari ajaran agama yang murni.

Chittick mengusulkan bahwa solusi untuk tantangan ini adalah melalui pendidikan dan pemahaman yang lebih mendalam tentang ajaran-ajaran sufisme. Dengan memperkenalkan karya-karya tokoh sufi besar seperti Rumi, Hafez, dan Ibn Arabi, masyarakat dapat diajak untuk melihat keindahan dan kedalaman ajaran sufisme yang menekankan cinta, toleransi, dan penghargaan terhadap sesama manusia. Pendidikan yang menekankan pada nilai-nilai universal ini diharapkan dapat mereduksi sikap eksklusivisme dan membuka jalan bagi dialog yang lebih konstruktif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun