Di bawah langit kelabu, kusulam mimpi Â
Dengan benang-benang harapan yang rapuh Â
Setiap jahitan adalah asa yang menari Â
Dalam taman realita, di mana kenyataan tak selalu ramah
Kala mentari malu-malu menyapa pagi Â
Kusulam impian di atas kanvas hari Â
Dengan warna-warna pelangi, yang kadang pudar Â
Namun tetap kucoba melukis, walau sering tergores getir
Di bawah bintang malam, kuberi hiasan angan Â
Dengan gemerlap harapan yang membara Â
Namun angin kenyataan, sering kali menggugurkan Â
Kelopak mimpi yang baru saja mekar di dada
Setiap tetes embun di pagi hari Â
Adalah doa yang kusemat dalam sulaman Â
Namun, panas terik siang menguapkan Â
Serpihan mimpi yang tersisa di ujung benang
Aku adalah penenun mimpi di tengah badai Â
Dengan jarum keberanian dan benang keteguhan Â
Setiap kali tersandung realita, tak kulepas Â
Jalinan mimpi yang terus kuperkuat
Kusulam dengan benang emas keinginan Â
Mengisi kekosongan malam yang sunyi Â
Namun, dalam setiap rajutan, kutemukan Â
Simpul-simpul masalah yang kian merapat
Hujan badai tak membuatku berhenti Â
Walau kadang jahitan terurai kembali Â
Kusulam mimpi di tengah badai realita Â
Dengan tangan yang gemetar, namun hati yang teguh
Di antara bayang-bayang keraguan Â
Kusulam asa yang terjalin rapi Â
Setiap simpul adalah perlawanan Â
Terhadap realita yang kadang kejam
Menyulam mimpi di tengah realita Â
Adalah kisah tanpa akhir yang kutulis Â
Dengan tinta keberanian dan pena ketekunan Â
Meski sering kali kusentuh perih
Dan bila esok hari datang menjelang Â
Kusulam lagi mimpi dengan benang baru Â
Sebab, meski realita sering kali mencerca Â
Takkan padam api impian di jiwaku
Di ujung perjalanan, di atas kanvas kehidupan Â
Kusulam mimpi menjadi lukisan abadi Â
Di mana realita hanyalah warna latar Â
Bagi gambaran asa yang tak pernah mati
Menyulam mimpi di tengah realita Â
Adalah seni hidup yang kupelajari Â
Di setiap jahitan, kutemukan makna Â
Bahwa dalam mimpi, ada kekuatan sejati.