Tiada yang lebih santun dari hujan yang turun serintik demi serintik Â
Membawa rindu yang datang sembari berbisik Â
Tanpamu, larik-larik ini takkan menemui titik Â
Hujan merajut kenangan dalam sepi yang teramat dalam Â
Tetesan air membentuk simfoni yang tak terucap Â
Menjadi saksi bisu dari rasa yang terpendam Â
Setiap bulirnya adalah pesan yang tak pernah tersampaikan Â
Dalam dinginnya malam, hujan menyelimuti kota Â
Seperti selimut hangat yang memeluk rindu Â
Namun di balik keheningan, tersimpan berjuta tanya Â
Adakah kau merasakan hal yang sama? Â
Kilatan petir adalah dentuman hatiku yang menggelegar Â
Setiap kilauannya menggambarkan cintaku yang membara Â
Dan guruh yang menyusul adalah degup jantungku Â
Menggema dalam kesunyian, memanggil namamu Â
Saat hujan deras menghantam bumi dengan amarah Â
Rindu ini meledak bagai gunung api yang lama tertidur Â
Menghancurkan semua pertahanan, memecah benteng kesabaran Â
Dan air mataku mengalir bersama derasnya hujan Â
Di bawah langit kelabu, aku berdiri tanpa teduh Â
Mengharap keajaiban dalam setiap tetes yang jatuh Â
Adakah harapanku kan terwujud di bawah rinai ini? Â
Atau akankah rindu ini lenyap ditelan bumi? Â
Rintik hujan adalah lukisan alam yang penuh arti Â
Setiap tetesnya membawa pesan dari hati Â
Bahwa dalam setiap hujan, ada rindu yang tak terucap Â
Dan di setiap rindu, ada cinta yang takkan pudar Â
Hujan menghapus jejak langkahku yang tertinggal di pasir Â
Namun rindu ini takkan terhapus oleh waktu Â
Ia akan tetap ada, abadi dalam setiap tetes hujan Â
Sampai saatnya kita bertemu di bawah pelangi yang sama Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H