Di bawah langit gelap, purnama menggantung angkuh, Â
Laksana intan raksasa yang berkilau menembus malam, Â
Sinarnya memancarkan keajaiban yang tak terukur, Â
Menjadi lentera yang mengusir pekatnya kelam. Â
Purnama itu, bak raja malam yang perkasa, Â
Mengusir segala kegelapan dengan tatapan tajamnya, Â
Setiap sinarnya, bagai panah cahaya, menembus jiwa, Â
Menghiasi cakrawala dengan kilauan yang tak tertandingi. Â
Langit yang kelam, seolah bertekuk lutut pada sang purnama, Â
Menghamparkan selimut malam yang hitam pekat, Â
Namun tak mampu meredam sinar kemilaunya, Â
Yang menyala terang, menggenggam malam dalam pelukannya. Â
Kegelapan malam menjadi arena tarian sang purnama, Â
Gerak gemulai cahayanya, memikat tiap pandangan, Â
Seolah merajut jaring-jaring keindahan, Â
Menawan hati, membius dalam alunan magisnya. Â
Purnama itu, seakan berbisik pada bintang-bintang, Â
Mengajak mereka menari dalam simfoni keabadian, Â
Menyinari malam dengan harmoni yang sempurna, Â
Membuat hati yang kelam, terbenam dalam pesona. Â
Di bawah langit gelap, purnama bersinar tanpa tanding, Â
Seperti permata agung di tahta malam, Â
Menyulam cahaya dalam kanvas keheningan, Â
Menghantar mimpi pada setiap insan yang terpukau. Â
Purnama di bawah langit gelap, Â
Bukan sekadar pemandangan malam yang menawan, Â
Namun juga pengingat, bahwa di balik gelap, Â
Selalu ada sinar yang menanti untuk bersinar terang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H