Malam-malamnya dingin, tak berpeluk,
Hanya beratapkan langit, beralaskan mimpi,
Ia tak mengenal kasur empuk,
Atau hangatnya dekapan ibu di pagi hari.
Kadang ia menatap jendela restoran,
Memandang anak-anak lain yang beruntung,
Berpikir kapan giliran untuk dirinya,
Merasakan nikmatnya hidup tanpa lapar.
Namun, di hatinya ada tekad baja,
Untuk melawan nasib, untuk bertahan,
Meski dunia sering kali kejam,
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!