Jean-Paul Sartre, seorang filsuf eksistensialis terkemuka, menyatakan bahwa eksistensi mendahului esensi. Maksudnya, manusia pertama-tama ada, kemudian menentukan dirinya sendiri melalui tindakan dan pilihan yang dibuat. Dalam dunia yang semakin dipengaruhi oleh teknologi dan kecerdasan buatan (AI), pandangan eksistensialis Sartre menjadi relevan kembali. Era digital membawa pertanyaan baru tentang identitas, kebebasan, dan makna kehidupan. Bagaimana konsep eksistensialisme Sartre dapat diterapkan dalam konteks AI dan kehidupan digital?
### Kebebasan dan Pilihan di Era Digital
Sartre menekankan bahwa manusia adalah makhluk yang bebas dan harus bertanggung jawab atas pilihannya. Dalam dunia digital, kita dihadapkan pada berbagai pilihan yang tampaknya tak terbatas, mulai dari konten yang kita konsumsi hingga cara kita berinteraksi dengan orang lain. AI mempermudah banyak aspek kehidupan, tetapi juga membawa tantangan baru terkait kebebasan kita.
Misalnya, algoritma AI yang digunakan oleh media sosial seringkali menyarankan konten berdasarkan preferensi kita sebelumnya. Hal ini bisa membuat kita terjebak dalam "echo chamber" yang mempersempit pandangan dan pilihan kita. Dalam konteks ini, kebebasan Sartre dapat ditafsirkan sebagai kesadaran untuk keluar dari kenyamanan yang diberikan oleh algoritma dan aktif mencari perspektif yang berbeda.
### Identitas dan Autentisitas
Sartre percaya bahwa untuk hidup secara autentik, kita harus menghadapi kenyataan dan membuat pilihan yang mencerminkan diri kita yang sebenarnya. Di era digital, identitas kita sering kali terfragmentasi antara dunia nyata dan dunia maya. Media sosial memungkinkan kita untuk menciptakan versi ideal dari diri kita sendiri, tetapi ini sering kali tidak mencerminkan kenyataan.
Pertanyaannya adalah, apakah identitas digital kita autentik atau hanya konstruksi dari apa yang kita pikir orang lain ingin lihat? Eksistensialisme Sartre mengajarkan kita untuk menantang konstruksi ini dan mencari cara untuk menjadi diri kita yang sejati, baik online maupun offline. Ini bisa berarti membatasi waktu yang kita habiskan di media sosial atau lebih selektif dalam konten yang kita bagikan.
### AI dan Keberadaan Lain
Sartre juga mengembangkan konsep "L'Autrui" atau "orang lain" sebagai entitas penting dalam pembentukan identitas diri. Dalam interaksi digital, AI sering kali berperan sebagai "orang lain" yang baru. Asisten virtual, chatbot, dan AI lainnya semakin sering menggantikan interaksi manusia. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana keberadaan "orang lain" ini mempengaruhi eksistensi kita.
Interaksi dengan AI bisa mengurangi kebutuhan kita akan interaksi manusia, yang dapat menyebabkan perasaan kesepian dan isolasi. Namun, ini juga bisa membuka peluang baru untuk refleksi diri. Sartre akan mengajak kita untuk melihat interaksi dengan AI sebagai cermin, di mana kita bisa belajar lebih banyak tentang diri kita sendiri dan pilihan kita.
### Makna dan Tujuan Hidup