Mohon tunggu...
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jarum Jam

31 Juli 2024   04:09 Diperbarui: 31 Juli 2024   04:10 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Berputar tanpa henti, jarum jam

Mengiringi detak jantung dunia

Mengurai detik, menit, dan jam

Merekam cerita, suka dan duka.

Di dalam putaran sunyi itu

Tersimpan kisah tak terucap

Tentang rindu yang tertunda

Dan harapan yang menggantung di ujung senja.

Jarum pendek, lambat namun pasti

Mewakili perjalanan waktu

Di antara impian dan realita

Menunjukkan jalan yang mesti ditempuh.

Jarum panjang, cepat berlari

Seakan mengejar cita-cita

Menghitung setiap langkah kaki

Mengukir jejak di kanvas masa.

Dalam sunyi malam yang kelam

Jarum detik berdetik perlahan

Menghitung waktu yang tersisa

Sebelum fajar menyingsing di ufuk sana.

Setiap putaran adalah kenangan

Setiap detik adalah sejarah

Yang terukir di dalam ingatan

Menjadi pelajaran dan hikmah.

Jarum jam, saksi bisu

Perjalanan hidup yang fana

Tak pernah lelah berputar

Menyapa hari dengan cerita baru.

Dalam setiap putaranmu, jarum jam

Aku melihat diriku sendiri

Berpacu dengan waktu yang tiada henti

Berjuang meraih mimpi dan cinta sejati.

Jarum jam, kau ajarkan aku

Bahwa waktu adalah harta berharga

Yang tak bisa kembali atau diulang

Maka, nikmatilah setiap detik yang ada.

Kita semua adalah penumpang

Di kereta waktu yang tak pernah berhenti

Menuju stasiun akhir yang tak diketahui

Dengan harapan dan doa dalam hati.

Biarlah jarum jam terus berputar

Membawa kita menuju esok yang cerah

Dengan semangat dan tekad yang membara

Menghadapi segala tantangan yang ada.

Jarum jam, teman setia

Di setiap detik yang kulalui

Kau hadir tanpa mengeluh

Mengiringi perjalanan hidup ini.

Dan saat akhirnya tiba nanti

Ketika jarum jam berhenti berputar

Aku akan tersenyum mengenang

Semua kenangan indah yang pernah ada

Dan...

Jarum jam masih berdenting

Aku terdiam tak sanggup bergeming

Berdiri ataukah kembali terbaring

Bagaikan kayu yang sudah kering

 

Jarum jam masih berdenting

Aku masih terdiam berbaring

Meratapi nasib yang demikian menggiring

Menggiringku ke pusatnya, hingga kepala ini pusing

 

Jarum jam masih berdenting

Aku memberanikan diri untuk berontak

Aku tak mau lagi terdiam berbaring

Karena aku makhluk yang berotak

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun