Mohon tunggu...
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Palu yang Kamu Ketuk

30 Juli 2024   19:41 Diperbarui: 30 Juli 2024   19:43 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Palu yang kamu ketuk, dentingnya menggema,

Mengusik hati yang tertidur, membangunkan jiwa.

Dari balik gedung megah, di aula penuh cerita,

Kau ketuk palu keadilan, di tengah hiruk pikuk dunia.

Oh, palu yang kamu ketuk, suaramu nyaring,

Menerobos batas waktu, menembus ruang hening.

Di sana, di kursi empuk, mereka bersidang,

Namun, adakah yang mendengar, suara rakyat yang bimbang?

Kau ketuk palu itu, seolah tanpa beban,

Tapi tahukah kamu, harapan yang tersimpan?

Setiap ketukanmu, melambangkan janji suci,

Tapi adakah itu hanya ilusi, sekedar kata tanpa arti?

Palu yang kamu ketuk, seharusnya penuh makna,

Mengadili yang salah, menegakkan yang benar adanya.

Namun di balik ketukanmu, tersembunyi misteri,

Apakah hukum benar-benar adil, atau sekedar permainan teori?

Di bawah gemerlap lampu, kau ketuk palu itu,

Sementara di luar sana, rakyat menanti dengan pilu.

Mereka yang lapar, mereka yang terpinggirkan,

Apakah kau peduli, atau hanya sibuk dengan kepentingan?

Palu yang kamu ketuk, di tangan yang berkuasa,

Sebuah simbol keadilan, atau sekedar sandiwara biasa?

Di atas kertas, hukum tertulis dengan rapi,

Tapi di lapangan, keadilan sering kali tertinggal sepi.

Ketika palu itu kamu ketuk, ada yang berbisik,

Bahwa keadilan bukan hanya kata, tapi tindakan yang nyata.

Jangan biarkan palu itu, hanya menjadi lambang kosong,

Biarlah setiap ketukanmu, menggema hingga ke pelosok.

Oh, palu yang kamu ketuk, jangan biarkan kami ragu,

Keadilan adalah milik semua, bukan hanya untuk mereka yang mampu.

Setiap ketukanmu, biarlah menjadi tanda,

Bahwa hukum di negeri ini, berdiri tegak tanpa cela.

Palu yang kamu ketuk

Semua orang akan mengutuk

Atas perbuatan yang terkutuk

Membuat wajah tak ada bentuk

Kau membuat pikiran becampur aduk

Di saat diriku terpuruk

Kau malah tertawa

Menikam jiwa manusia hina

Jeritan sakit tak kamu dengarkan

Dan tak kan pernah kau bertanya

Apakah kita manusia hina bisa bahagia

Palu yang kamu ketuk, kami masih menanti,

Keadilan yang sejati, tanpa pamrih, tanpa basa-basi.

Biarlah setiap dentingmu, menjadi harapan baru,

Untuk rakyat yang merindu, keadilan yang utuh dan menyatu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun