Di balik bayang kaca bening,
Terpantul wajah yang tak asing,
Wajahku yang penuh tanya,
Mengapa hidup penuh duka?
Setiap garis di kulit tua,
Cerita panjang tanpa jeda,
Di balik senyum yang terkulum,
Ada luka, ada kelam.
Mata ini saksi bisu,
Tangis tawa silih berganti,
Harap yang kadang sirna,
Cinta yang kadang berdusta.
Di dalam cermin aku lihat,
Pribadi yang penuh dekat,
Dengan impian dan asa,
Namun sering terjatuh pula.
Waktu berlari tak terkejar,
Meninggalkan jejak samar,
Cermin ini tetap setia,
Memantulkan segala nyata.
Aku lihat diri yang berani,
Meski ragu sering menghampiri,
Tetap melangkah dengan pasti,
Meski arah kadang tertutupi.
Hidup ini bukan sekadar mimpi,
Realita yang harus dihadapi,
Cermin diriku mengingatkan,
Untuk terus bertahan dan berjuang.
Di cermin ini, aku temukan,
Semua kekuatan dan kelemahan,
Bukan sekadar bayangan semu,
Namun diri yang terus tumbuh.
Setiap hari, setiap waktu,
Cermin ini menjadi saksi bisu,
Perjalanan panjang yang berliku,
Menuju cahaya dalam diriku.
Aku terima segala cela,
Karena itulah yang membentuk jiwa,
Cermin diri, refleksi nyata,
Menuju hidup yang lebih bermakna.
---
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H