Mohon tunggu...
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Marhaenisme Mengamati Fanatisme

28 Juli 2024   03:49 Diperbarui: 28 Juli 2024   06:41 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fanatisme adalah fenomena yang kerap kali muncul dalam berbagai aspek kehidupan manusia, baik itu dalam politik, agama, olahraga, maupun budaya. Fanatisme, dengan segala implikasinya, sering kali menjadi sumber konflik dan perpecahan dalam masyarakat. Sebagai sebuah ideologi yang mengedepankan kepentingan rakyat kecil, Marhaenisme memiliki perspektif yang kritis terhadap fanatisme. Mengapa demikian? Mari kita telusuri lebih dalam.

**Marhaenisme: Ideologi Progresif**

Marhaenisme, yang lahir dari pemikiran Bung Karno, menekankan pada keadilan sosial dan ekonomi bagi seluruh rakyat Indonesia. Ideologi ini mendorong kemandirian, persatuan, dan kesetaraan. Bung Karno menggagas Marhaenisme sebagai solusi atas ketimpangan sosial yang dialami oleh rakyat kecil (marhaen) akibat penjajahan dan kapitalisme. 

Dalam kerangka Marhaenisme, fanatisme dianggap sebagai ancaman serius. Hal ini karena fanatisme sering kali mengabaikan logika dan akal sehat, serta cenderung memecah belah masyarakat berdasarkan perbedaan yang ada. Fanatisme, dengan sifatnya yang absolut dan tidak toleran, bertentangan dengan semangat persatuan dan gotong royong yang diusung oleh Marhaenisme.

**Fanatisme: Penyebab dan Dampaknya**

Fanatisme muncul dari berbagai sebab, mulai dari ketidakpuasan sosial, ekonomi, hingga politik. Ketidakpuasan ini sering kali dieksploitasi oleh pihak-pihak tertentu untuk membangun basis dukungan yang solid namun tidak rasional. Fanatisme juga bisa muncul dari identifikasi berlebihan terhadap suatu kelompok atau ideologi tertentu, hingga menganggap kelompok atau ideologi lain sebagai musuh yang harus dilawan.

Dampak dari fanatisme sangat merusak. Di ranah politik, fanatisme dapat menimbulkan konflik antarpendukung partai yang berujung pada kekerasan dan ketidakstabilan. Dalam agama, fanatisme bisa memunculkan intoleransi dan diskriminasi terhadap pemeluk agama lain. Di bidang olahraga, fanatisme dapat mengakibatkan tawuran antarpendukung yang merugikan banyak pihak. Singkatnya, fanatisme menghambat dialog, kolaborasi, dan kemajuan bersama.

**Marhaenisme vs. Fanatisme: Perspektif Kritis**

Marhaenisme memandang fanatisme sebagai bentuk kegagalan dalam memahami esensi kemanusiaan dan keadilan sosial. Dalam perspektif Marhaenisme, setiap individu memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam membangun masyarakat yang adil dan makmur. Fanatisme, yang cenderung meminggirkan kelompok lain dan memaksakan kehendak, sangat bertentangan dengan prinsip ini.

Marhaenisme mengajarkan pentingnya pendidikan dan pencerahan bagi rakyat. Bung Karno percaya bahwa rakyat yang terdidik akan mampu berpikir kritis dan tidak mudah terpengaruh oleh hasutan fanatisme. Oleh karena itu, salah satu langkah penting dalam menghadapi fanatisme adalah melalui pendidikan yang membangun kesadaran kritis dan toleransi.

**Mengatasi Fanatisme: Langkah Marhaenis**

Marhaenisme menawarkan beberapa langkah untuk mengatasi fanatisme:

1. **Pendidikan Kritis dan Humanis:** Pendidikan yang menekankan pada pengembangan pemikiran kritis, dialog, dan penghargaan terhadap perbedaan adalah kunci dalam melawan fanatisme. Pendidikan harus mampu membekali individu dengan kemampuan untuk memahami dan menghargai perspektif orang lain.

2. **Pemberdayaan Ekonomi:** Ketidakpuasan sosial dan ekonomi sering kali menjadi lahan subur bagi tumbuhnya fanatisme. Oleh karena itu, upaya pemberdayaan ekonomi, terutama bagi rakyat kecil, sangat penting. Dengan kehidupan yang lebih sejahtera, masyarakat akan lebih fokus pada pembangunan dan kolaborasi ketimbang konflik dan permusuhan.

3. **Pemahaman Ideologi yang Mendalam:** Fanatisme sering kali muncul dari pemahaman yang dangkal terhadap ideologi atau ajaran tertentu. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam terhadap ideologi Marhaenisme, termasuk nilai-nilai persatuan dan keadilan sosial, perlu terus disosialisasikan. 

4. **Promosi Dialog dan Kolaborasi:** Marhaenisme menekankan pentingnya dialog dan kolaborasi dalam memecahkan masalah-masalah sosial. Melalui dialog yang terbuka dan konstruktif, perbedaan pendapat dapat dikelola dengan baik, sehingga konflik dapat dihindari.

5. **Kepemimpinan yang Bijaksana:** Pemimpin yang bijaksana dan visioner sangat diperlukan dalam mengarahkan masyarakat menuju kemajuan bersama. Pemimpin yang mampu mengedepankan kepentingan umum di atas kepentingan kelompok akan mampu meredam fanatisme dan membangun semangat gotong royong.

**Kesimpulan**

Marhaenisme, dengan pandangan kritisnya terhadap fanatisme, menawarkan solusi yang komprehensif dalam menghadapi ancaman ini. Melalui pendidikan, pemberdayaan ekonomi, pemahaman ideologi yang mendalam, promosi dialog, dan kepemimpinan yang bijaksana, fanatisme dapat diatasi. Marhaenisme mengajarkan bahwa hanya dengan persatuan dan kerjasama, masyarakat yang adil dan makmur dapat terwujud. Fanatisme, dengan segala bentuknya, hanya akan menghambat tercapainya tujuan mulia ini. Oleh karena itu, sebagai Marhaenis, kita harus selalu waspada dan kritis terhadap fanatisme, serta terus memperjuangkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun