Mohon tunggu...
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Saatnya Revolusi Kebudayaan Berlandaskan Ampera Sukarno!

27 Juli 2024   17:28 Diperbarui: 27 Juli 2024   17:31 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah arus globalisasi yang kian deras, kebudayaan Indonesia berada di persimpangan jalan. Modernisasi dan globalisasi membawa dampak yang tak terhindarkan, baik positif maupun negatif. Namun, kekhawatiran utama adalah hilangnya jati diri bangsa akibat pengaruh budaya asing yang mendominasi. Di sinilah relevansi Amanat Penderitaan Rakyat (AMPERA) Soekarno menjadi sangat penting sebagai dasar untuk revolusi kebudayaan yang dapat membangkitkan kembali semangat nasionalisme dan karakter bangsa.

### Mewujudkan AMPERA dalam Revolusi Kebudayaan

Amanat Penderitaan Rakyat (AMPERA) adalah manifesto politik dan sosial yang disampaikan oleh Presiden Soekarno dalam konteks perjuangan kemerdekaan dan pembangunan bangsa. Inti dari AMPERA adalah perjuangan untuk keadilan sosial, kemerdekaan sejati, dan kesejahteraan rakyat. Dalam konteks kebudayaan, AMPERA dapat menjadi panduan dalam upaya mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan nasional yang berakar pada nilai-nilai Pancasila dan semangat gotong royong.

Revolusi kebudayaan yang berlandaskan AMPERA harus dimulai dari pengakuan terhadap keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia. Sebagai bangsa yang terdiri dari berbagai suku, agama, ras, dan golongan, Indonesia memiliki kekayaan budaya yang luar biasa. Revolusi kebudayaan ini harus mampu mengakomodasi dan menghargai semua bentuk ekspresi budaya, sekaligus menjadikan keanekaragaman tersebut sebagai kekuatan untuk memperkokoh persatuan nasional.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

### Pendidikan sebagai Pilar Utama

Pendidikan merupakan pilar utama dalam revolusi kebudayaan. Kurikulum pendidikan harus dirombak untuk lebih menekankan pada pengajaran sejarah, seni, dan budaya lokal. Generasi muda harus diajarkan untuk mencintai dan menghargai warisan budaya bangsa. Pendidikan karakter yang berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila dan semangat gotong royong juga harus menjadi fokus utama. Dengan demikian, generasi muda akan tumbuh dengan rasa bangga terhadap identitas nasional dan memiliki daya tahan terhadap pengaruh negatif budaya asing.

### Peran Media dan Teknologi

Di era digital ini, media massa dan teknologi informasi memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk opini dan budaya masyarakat. Revolusi kebudayaan harus mampu memanfaatkan media dan teknologi untuk menyebarkan nilai-nilai budaya nasional. Konten-konten yang mengangkat kearifan lokal, sejarah, dan seni budaya harus lebih banyak diproduksi dan disebarluaskan. Selain itu, kampanye kebudayaan melalui media sosial juga harus digalakkan untuk menjangkau generasi muda yang merupakan pengguna utama platform tersebut.

### Seni dan Kreativitas sebagai Wahana Ekspresi

Seni dan kreativitas adalah wahana ekspresi yang sangat efektif dalam upaya revolusi kebudayaan. Seniman, budayawan, dan kreator konten harus didorong untuk menghasilkan karya-karya yang mengangkat nilai-nilai budaya nasional. Pemerintah dan pihak swasta perlu memberikan dukungan yang lebih besar kepada para pelaku seni dan industri kreatif agar mereka dapat berkembang dan berkontribusi dalam upaya mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan nasional.

### Kebijakan Pemerintah yang Mendukung

Revolusi kebudayaan tidak akan berjalan tanpa dukungan kebijakan pemerintah yang memadai. Pemerintah harus mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang pro-kebudayaan, seperti pemberian insentif bagi para pelaku seni dan budaya, pembangunan infrastruktur kebudayaan, serta perlindungan terhadap warisan budaya. Selain itu, regulasi yang mengatur tentang penyiaran dan media harus diarahkan untuk lebih banyak memberikan ruang bagi konten-konten lokal dan budaya nasional.

### Revitalisasi Tradisi dan Adat Istiadat

Tradisi dan adat istiadat merupakan bagian integral dari kebudayaan bangsa. Namun, banyak tradisi yang mulai tergerus oleh modernisasi dan dianggap tidak relevan lagi. Revolusi kebudayaan harus mampu merevitalisasi tradisi dan adat istiadat tersebut, menjadikannya lebih kontekstual dengan perkembangan zaman tanpa menghilangkan esensinya. Festival budaya, upacara adat, dan kegiatan-kegiatan tradisional harus lebih sering diadakan dan dipromosikan sebagai bagian dari identitas nasional.

### Menghidupkan Kembali Gotong Royong

Gotong royong adalah salah satu nilai luhur yang menjadi ciri khas budaya Indonesia. Namun, nilai ini mulai memudar di tengah masyarakat modern yang semakin individualistis. Revolusi kebudayaan harus mampu menghidupkan kembali semangat gotong royong di berbagai aspek kehidupan. Kegiatan-kegiatan sosial yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat harus lebih digalakkan, sehingga tercipta rasa kebersamaan dan solidaritas di antara warga bangsa.

### Kesimpulan

Revolusi kebudayaan yang berlandaskan Amanat Penderitaan Rakyat (AMPERA) Soekarno adalah sebuah keniscayaan dalam upaya mempertahankan dan mengembangkan identitas nasional di tengah arus globalisasi. Pendidikan, media, seni, dan kebijakan pemerintah adalah pilar-pilar utama yang harus diperkuat dalam revolusi ini. Dengan menghidupkan kembali nilai-nilai luhur dan kearifan lokal, serta memanfaatkan teknologi untuk menyebarkan budaya nasional, kita dapat memastikan bahwa kebudayaan Indonesia tetap lestari dan menjadi kebanggaan seluruh rakyat. Saatnya kita bergerak bersama untuk mewujudkan revolusi kebudayaan demi masa depan bangsa yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun