Mohon tunggu...
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sekularisme dan Kapitalisme Persoalan Besar Umat Muslim dan Kaum Marhaen

25 Juli 2024   09:28 Diperbarui: 25 Juli 2024   09:31 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

### Sekulerisme dan Kapitalisme: Persoalan Besar Umat Muslim dan Kaum Marhaen

Sekulerisme dan kapitalisme adalah dua konsep yang kerap kali menjadi sumber perdebatan di berbagai kalangan, khususnya di Indonesia yang memiliki keragaman agama dan sosial yang begitu luas. Bagi umat Muslim dan kaum Marhaen, dua konsep ini kerap dianggap sebagai persoalan besar yang memengaruhi kehidupan mereka secara langsung.

#### Sekulerisme dan Tantangannya

Sekulerisme adalah paham yang memisahkan antara urusan agama dengan urusan negara. Dalam konteks Indonesia, sekulerisme muncul sebagai reaksi terhadap berbagai upaya untuk menerapkan syariat Islam dalam sistem pemerintahan. Sekulerisme berupaya menjadikan negara sebagai entitas netral yang tidak terpengaruh oleh satu agama tertentu. Hal ini bertujuan untuk menjaga keberagaman dan menghindari dominasi satu agama atas yang lain.

Namun, bagi sebagian umat Muslim, sekulerisme dipandang sebagai ancaman terhadap identitas dan nilai-nilai agama mereka. Mereka merasa bahwa sekulerisme dapat mengikis nilai-nilai keagamaan yang menjadi dasar moralitas dan etika masyarakat. Dalam pandangan mereka, pemisahan antara agama dan negara dapat mengurangi peran agama dalam kehidupan publik, sehingga masyarakat menjadi lebih materialistis dan kehilangan arah spiritual.

#### Kapitalisme dan Dampaknya

Kapitalisme, di sisi lain, adalah sistem ekonomi yang berlandaskan pada kepemilikan pribadi atas alat-alat produksi dan pasar bebas. Dalam sistem ini, keuntungan menjadi tujuan utama dari kegiatan ekonomi. Kapitalisme sering kali dikritik karena menciptakan kesenjangan sosial yang besar antara yang kaya dan yang miskin. 

Bagi kaum Marhaen, yang identik dengan kelompok masyarakat kecil yang kurang mampu, kapitalisme dianggap sebagai sistem yang tidak adil. Mereka sering kali menjadi korban eksploitasi dalam sistem kapitalis, di mana tenaga kerja mereka dibayar rendah sementara keuntungan besar hanya dinikmati oleh segelintir orang kaya. Kapitalisme juga cenderung mengabaikan aspek-aspek kemanusiaan dalam mengejar keuntungan semata, sehingga menciptakan ketidakadilan sosial yang luas.

#### Interaksi Sekulerisme dan Kapitalisme

Sekulerisme dan kapitalisme sering kali berjalan beriringan. Negara-negara sekuler cenderung menerapkan sistem ekonomi kapitalis, dengan alasan bahwa pasar bebas dan kepemilikan pribadi akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dan efisien. Namun, kombinasi ini sering kali membawa dampak negatif bagi umat Muslim dan kaum Marhaen.

Umat Muslim merasa bahwa sekulerisme menghilangkan peran agama dalam mengatur kehidupan ekonomi dan sosial. Padahal, dalam Islam, ada konsep ekonomi yang berlandaskan pada keadilan dan kesejahteraan bersama, seperti zakat, sedekah, dan larangan riba. Kapitalisme yang mementingkan keuntungan pribadi sering kali bertentangan dengan nilai-nilai ini, sehingga menciptakan ketidakadilan yang dirasakan umat Muslim.

Kaum Marhaen juga merasakan dampak negatif dari kombinasi sekulerisme dan kapitalisme. Mereka sering kali menjadi kelompok yang paling dirugikan dalam sistem ini. Ketika negara mengadopsi kebijakan ekonomi kapitalis, kaum Marhaen sering kali tidak memiliki akses yang sama terhadap peluang ekonomi dan pendidikan. Akibatnya, mereka tetap berada dalam lingkaran kemiskinan dan kesenjangan sosial semakin melebar.

#### Mencari Solusi

Menghadapi persoalan besar ini, diperlukan pendekatan yang komprehensif dan inklusif. Pertama, penting bagi negara untuk menemukan keseimbangan antara nilai-nilai agama dan sekulerisme. Negara dapat mengakomodasi nilai-nilai agama dalam kebijakan publik tanpa harus menjadi negara teokratis. Hal ini dapat dilakukan dengan mendengarkan aspirasi umat beragama dan memastikan bahwa nilai-nilai moral dan etika yang baik tetap dijaga dalam kehidupan publik.

Kedua, perlu adanya reformasi dalam sistem ekonomi. Negara harus memastikan bahwa sistem ekonomi yang diterapkan berlandaskan pada keadilan sosial dan kesejahteraan bersama. Ini termasuk memastikan distribusi kekayaan yang lebih merata, memberikan akses yang sama terhadap pendidikan dan peluang ekonomi, serta melindungi hak-hak pekerja. Negara juga perlu mengawasi praktik-praktik bisnis agar tidak terjadi eksploitasi terhadap kaum Marhaen.

Ketiga, diperlukan pendidikan yang lebih baik bagi umat Muslim dan kaum Marhaen. Pendidikan yang baik akan memberikan mereka pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk bersaing dalam pasar kerja dan mengangkat taraf hidup mereka. Pendidikan juga dapat menjadi sarana untuk mengajarkan nilai-nilai keadilan, solidaritas, dan kebersamaan yang penting dalam membangun masyarakat yang lebih adil.

#### Penutup

Sekulerisme dan kapitalisme memang menjadi persoalan besar bagi umat Muslim dan kaum Marhaen. Namun, dengan pendekatan yang tepat, negara dapat menciptakan keseimbangan antara nilai-nilai agama dan sekulerisme, serta membangun sistem ekonomi yang lebih adil dan merata. Pendidikan yang baik juga akan menjadi kunci dalam mengangkat taraf hidup umat Muslim dan kaum Marhaen, sehingga mereka dapat hidup dengan lebih sejahtera dan bermartabat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun