Mohon tunggu...
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Senandung Rakyat Tertindas

20 Juli 2024   19:31 Diperbarui: 20 Juli 2024   19:32 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di bawah langit kelabu,

berdiri tegak pohon-pohon tua,

menjadi saksi bisu,

atas derita yang tak kunjung usai.

Tanah ini, tanah marhaen,

direnggut paksa oleh mereka yang berkuasa,

melukis luka di hati rakyat,

menghancurkan mimpi-mimpi yang sederhana.

Teriakan lantang terdengar di sudut-sudut desa,

tangisan ibu yang kehilangan anaknya,

rintihan bapak yang dipaksa menyerah,

pada ketidakadilan yang menjajah.

Dalam senandung malam yang sunyi,

rakyat bernyanyi dengan lirih,

lagu tentang harapan yang kian memudar,

dalam pelukan ketidakberdayaan.

Namun, di balik kelamnya malam,

ada seberkas cahaya harapan,

dari mereka yang tak pernah lelah,

memperjuangkan hak dan martabat.

Di setiap peluh yang mengalir,

tersemat janji untuk terus melawan,

menyuarakan kebenaran yang tertindas,

dengan nyanyian yang tak pernah padam.

Tanah ini milik kita,

milik mereka yang bekerja keras,

yang menanam padi dengan tangan sendiri,

yang merawat alam dengan kasih sayang.

Kita adalah api yang takkan padam,

bara semangat yang terus membara,

meski angin ketidakadilan berhembus kencang,

kita tetap teguh berdiri.

Senandung ini adalah milik kita,

milik rakyat yang tak pernah menyerah,

milik mereka yang percaya,

pada keadilan dan kemerdekaan sejati.

Mari bersatu dalam senandung ini,

dalam satu suara yang menggema,

menyanyikan lagu perjuangan,

hingga tiada lagi yang tertindas.

Kita adalah harapan,

kita adalah masa depan,

bersama kita bisa,

mewujudkan mimpi yang tertunda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun