Di tengah gemuruh dan kilat membelah langit,
Ada mentari yang berjuang, memancarkan sinar sejuknya.
Mengintip dari balik awan pekat, tegar tanpa mengeluh,
Memberi cahaya harapan di dalam kegelapan.
Awan gelap, badai yang menggulung, tak mampu menahan,
Sinar lembut mentari yang terus berusaha menyelinap,
Menghangatkan hati yang dingin oleh takut dan cemas,
Menyulut semangat di balik lara dan kepedihan.
Badai mengamuk, angin menderu liar,
Menyapu segala yang rapuh di jalannya.
Namun mentari tetap berdiri kokoh,
Menjadi lentera di lautan kebingungan.
Setiap tetes hujan yang jatuh, adalah nada-nada kehidupan,
Mengalun dalam simfoni alam yang keras dan tegas.
Mentari di tengah badai, adalah simbol keteguhan jiwa,
Yang tak gentar menghadapi segala cobaan.
Pohon-pohon meliuk, mengikuti irama angin,
Namun akarnya tetap kuat mencengkeram bumi.
Begitu juga mentari, takkan pernah padam,
Walau badai mencoba meredupkannya.
Kehidupan adalah rangkaian badai yang tak terelakkan,
Dengan mentari sebagai saksi bisu dari segala yang terjadi.
Di saat langit cerah atau penuh gulita,
Ia selalu ada, menanti saatnya kembali bersinar terang.
Dalam setiap badai, selalu ada jeda,
Di mana mentari muncul, menghapus jejak kelam.
Mengajarkan bahwa setelah kegelapan,
Selalu ada terang yang menanti.
Mentari di tengah badai adalah pengingat,
Bahwa kekuatan terbesar datang dari dalam hati.
Meski badai mencoba menghancurkan,
Harapan dan keberanian akan selalu bertahan.
Dan saat badai akhirnya mereda,
Langit akan tersenyum dengan warna pelangi.
Mentari di tengah badai, tak pernah benar-benar hilang,
Ia hanya menunggu, untuk kembali membawa cahaya.