Mohon tunggu...
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Duka Tanpa Kata

19 Juli 2024   20:02 Diperbarui: 19 Juli 2024   20:06 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di senyap malam yang sunyi,

Terdengar tangis tanpa suara,

Lara mengendap dalam jiwa,

Mengiringi langkah yang gontai.

Langit kelabu tak bersahabat,

Menggantungkan pilu yang berat,

Hati terhimpit beban tak kasat,

Duka merajut sunyi dalam sepi.

Ada rindu yang tertahan,

Pada masa lalu yang tak terulang,

Bayangan indah yang perlahan menghilang,

Menyisakan luka yang dalam.

Tatapan mata kosong menatap hampa,

Mencari makna dalam gelap gulita,

Tiada kata yang mampu menggambarkan,

Kesedihan yang mencekam jiwa.

Duka ini bukan sekadar air mata,

Ia adalah rintihan jiwa yang terperangkap,

Dalam kenangan yang menyesakkan dada,

Menyelimuti hari-hari dengan kelam.

Di balik senyum yang dipaksakan,

Ada luka yang tak kunjung sembuh,

Duka tanpa kata yang terpendam,

Menjadi beban dalam setiap tarikan napas.

Dalam kesendirian yang membelenggu,

Terdapat harapan yang mulai pudar,

Namun di ujung lorong kesedihan,

Mungkin ada cahaya yang menanti.

Setiap hembusan angin malam,

Seolah membawa pesan dari langit,

Bahwa duka ini akan berlalu,

Meski tanpa kata, meski tanpa suara.

Duka ini, adalah bagian dari perjalanan,

Yang harus dilalui meski penuh kepedihan,

Karena dalam setiap tetes air mata,

Tersimpan kekuatan untuk bangkit kembali.

Dan saat fajar menyingsing,

Mengusir gelap yang menyelimuti,

Akan ada harapan yang terbit,

Menyambut hari baru dengan senyum.

Duka tanpa kata ini,

Akan menjadi kenangan yang menguatkan,

Bahwa dalam setiap kepedihan,

Terdapat pelajaran yang berharga.

Kini, di penghujung malam yang dingin,

Aku biarkan duka ini mengalir,

Menghapus luka yang terpendam,

Dan perlahan, aku bangkit kembali.

Meski tanpa kata, meski tanpa suara,

Duka ini telah mengajarkan,

Bahwa aku lebih kuat dari yang kukira,

Dan esok, akan ada hari yang lebih cerah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun