Mohon tunggu...
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pilu di Balik Pembangunan

16 Juli 2024   18:26 Diperbarui: 16 Juli 2024   18:44 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di antara gedung-gedung tinggi yang menjulang,

Terdengar jerit pilu di balik tembok beton.

Pembangunan melaju, tak peduli suara tangisan,

Rakyat kecil terpinggirkan, terabaikan dalam keramaian.

Dulu, tanah subur milik petani sederhana,

Kini berubah menjadi lahan pabrik megah.

Sawah dan ladang lenyap, digantikan bangunan besar,

Rindu akan hijau, akan damai yang telah hilang.

Kota-kota penuh gemerlap, lampu-lampu malam berkilauan,

Tapi di sudut-sudut gelap, ada hidup yang terlupakan.

Orang-orang miskin bertahan, di bawah bayang-bayang menara,

Hidup dalam kesenjangan, pilu di bawah bendera kemajuan.

Anak-anak bermain di lorong-lorong kumuh,

Tanpa tahu masa depan yang cerah atau suram.

Pendidikan terabaikan, mimpi-mimpi terhenti,

Di balik gedung megah, ada duka yang tersembunyi.

Para pekerja keras, keringat mereka membasahi tanah,

Tapi gaji yang diterima, hanya cukup untuk bertahan.

Mereka membangun negeri, tapi tak menikmati hasilnya,

Di balik kilauan kota, ada kepedihan yang mendalam.

Para ibu meratap, kehilangan tempat tinggal,

Rumah mereka dihancurkan, demi jalan tol yang lebar.

Tak ada tempat berteduh, di bawah langit yang sama,

Pilu di balik pembangunan, tak pernah didengar suara mereka.

Pembangunan untuk siapa? Untuk rakyat atau segelintir elit?

Di balik janji manis kemajuan, ada derita yang menyayat.

Rakyat kecil berjuang, di tengah gemerlap ilusi,

Menggenggam harapan, meski kerap tertindas realitas.

Bumi yang dulu hijau, kini menjadi abu-abu,

Lingkungan tercemar, hutan-hutan punah.

Di balik proyek besar, ada alam yang teraniaya,

Pilu di balik pembangunan, bisikkan jeritan alam yang terluka.

Namun harapan tak pernah padam, meski tertutup debu dan asap,

Rakyat terus melawan, meski dalam diam dan kepiluan.

Mereka yang terpinggirkan, akan terus bersuara,

Pilu di balik pembangunan, menjadi nyanyian perlawanan.

Suatu hari, mungkin mereka akan mendengar,

Jeritan yang selama ini terabaikan, tangisan yang tak terungkapkan.

Pembangunan yang sesungguhnya, adalah untuk semua,

Tanpa ada yang terpinggirkan, tanpa ada yang terabaikan.

Di balik pembangunan, ada harapan dan impian,

Yang tak boleh terabaikan, yang harus diperjuangkan.

Pilu di balik pembangunan, adalah suara kebenaran,

Yang akan terus bergema, hingga keadilan ditegakkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun