Mohon tunggu...
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Feminisme Pancasila untuk Kebijakan yang Pro Kesetaraan Gender

16 Juli 2024   05:17 Diperbarui: 16 Juli 2024   07:54 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://mediaindonesia.com/opini/613588/feminisme-pancasila#google_vignette

Feminisme di Indonesia memiliki perjalanan yang unik dan penuh tantangan. Di tengah pergulatan global untuk kesetaraan gender, Indonesia memiliki fondasi ideologis yang kuat dalam bentuk Pancasila. Pancasila, sebagai dasar negara, menawarkan nilai-nilai yang dapat diintegrasikan dengan gerakan feminis untuk menghasilkan kebijakan yang lebih inklusif dan adil. Artikel ini membahas bagaimana nilai-nilai Pancasila dapat mendukung feminisme dan menciptakan kebijakan yang pro kesetaraan gender.

#### Pancasila dan Prinsip Kesetaraan

Pancasila terdiri dari lima sila yang masing-masing mengandung prinsip-prinsip fundamental yang dapat mendukung feminisme. Sila pertama, "Ketuhanan Yang Maha Esa," menegaskan pentingnya nilai-nilai spiritual dan moral yang menghargai setiap individu tanpa memandang jenis kelamin. Dalam konteks feminisme, ini berarti mengakui martabat dan hak-hak setiap perempuan sebagai bagian dari ciptaan Tuhan yang setara dengan laki-laki.

Sila kedua, "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab," langsung menggarisbawahi prinsip kesetaraan dan keadilan. Feminisme Pancasila menginterpretasikan sila ini sebagai panggilan untuk menghapus diskriminasi dan ketidakadilan yang dihadapi perempuan dalam berbagai aspek kehidupan, baik itu dalam keluarga, masyarakat, maupun di tempat kerja.

Sila ketiga, "Persatuan Indonesia," mendorong integrasi dan solidaritas nasional. Dalam gerakan feminis, ini dapat diterjemahkan sebagai upaya untuk menyatukan berbagai kelompok perempuan dari beragam latar belakang etnis, agama, dan sosial untuk memperjuangkan hak-hak mereka bersama-sama.

Sila keempat, "Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan," menekankan pentingnya partisipasi semua warga negara dalam proses pengambilan keputusan. Feminisme Pancasila mengadvokasi keterlibatan aktif perempuan dalam politik dan pengambilan keputusan, baik di tingkat lokal maupun nasional, untuk memastikan suara mereka didengar dan kebutuhan mereka dipertimbangkan.

Sila kelima, "Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia," secara eksplisit mendukung distribusi yang adil dari sumber daya dan kesempatan. Feminisme Pancasila menuntut kebijakan yang menghapus kesenjangan gender dalam akses terhadap pendidikan, kesehatan, pekerjaan, dan perlindungan hukum.

#### Implementasi Nilai Pancasila dalam Kebijakan Gender

Mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dalam kebijakan gender memerlukan pendekatan yang holistik dan komprehensif. Beberapa langkah konkret yang dapat diambil termasuk:

1. **Pendidikan dan Kesadaran Gender**

   Pendidikan adalah kunci untuk mengubah persepsi dan menghilangkan stereotip gender. Pemerintah perlu memasukkan kurikulum pendidikan yang mengajarkan nilai-nilai kesetaraan gender sejak dini. Selain itu, kampanye kesadaran publik tentang hak-hak perempuan dan kesetaraan gender harus digalakkan untuk membangun masyarakat yang lebih inklusif.

2. **Perlindungan Hukum dan Keadilan**

   Hukum dan kebijakan harus ditinjau dan diperbarui untuk memastikan perlindungan terhadap hak-hak perempuan. Ini termasuk mengesahkan undang-undang yang melindungi perempuan dari kekerasan, pelecehan, dan diskriminasi di tempat kerja serta dalam kehidupan pribadi. Penegakan hukum juga harus diperkuat untuk memberikan keadilan bagi korban kekerasan berbasis gender.

3. **Partisipasi Politik dan Kepemimpinan**

   Meningkatkan keterlibatan perempuan dalam politik dan posisi kepemimpinan adalah langkah penting menuju kesetaraan gender. Kuota perempuan dalam parlemen dan posisi pemerintahan dapat menjadi salah satu solusi untuk memastikan representasi yang lebih baik. Selain itu, program pelatihan kepemimpinan untuk perempuan perlu diadakan untuk membekali mereka dengan keterampilan yang dibutuhkan.

4. **Akses terhadap Layanan Kesehatan**

   Layanan kesehatan yang inklusif dan sensitif gender sangat penting untuk kesejahteraan perempuan. Kebijakan kesehatan harus mencakup akses yang lebih baik terhadap layanan kesehatan reproduksi, serta pencegahan dan penanganan penyakit yang lebih umum di kalangan perempuan.

5. **Ekonomi dan Ketenagakerjaan**

   Kesetaraan gender dalam ekonomi dan ketenagakerjaan dapat dicapai melalui kebijakan yang mendukung perempuan di tempat kerja. Ini termasuk kebijakan cuti melahirkan yang adil, upah yang setara untuk pekerjaan yang sama, dan lingkungan kerja yang bebas dari diskriminasi dan pelecehan. Selain itu, program kewirausahaan dan pemberdayaan ekonomi untuk perempuan dapat membantu mereka menjadi lebih mandiri secara finansial.

#### Tantangan dan Hambatan

Meskipun Pancasila menawarkan landasan yang kuat untuk feminisme, ada beberapa tantangan yang perlu diatasi. Salah satunya adalah budaya patriarki yang masih kuat di banyak bagian Indonesia. Sikap dan praktik patriarki seringkali menghambat upaya untuk mencapai kesetaraan gender. Pendidikan dan kampanye kesadaran yang berkelanjutan diperlukan untuk mengubah paradigma ini.

Selain itu, ada hambatan struktural dalam sistem hukum dan politik yang perlu dibenahi. Misalnya, meskipun ada undang-undang yang melindungi hak-hak perempuan, penegakannya seringkali lemah. Begitu juga dengan representasi perempuan dalam politik yang masih kurang, meskipun ada kebijakan kuota.

#### Feminisme Pancasila dalam Konteks Global

Integrasi nilai-nilai Pancasila dengan feminisme juga memberikan perspektif yang unik dalam gerakan feminis global. Sementara banyak gerakan feminis internasional didasarkan pada prinsip-prinsip liberal Barat, Feminisme Pancasila menawarkan pendekatan yang lebih inklusif dan berbasis nilai lokal. Ini bisa menjadi model bagi negara-negara lain dengan budaya dan sistem nilai yang berbeda untuk mengembangkan gerakan feminis yang sesuai dengan konteks mereka masing-masing.

Dalam konteks global, Feminisme Pancasila juga menyoroti pentingnya solidaritas antarnegara dalam memperjuangkan kesetaraan gender. Indonesia dapat memainkan peran aktif dalam forum internasional untuk mempromosikan nilai-nilai kesetaraan gender dan berkolaborasi dengan negara-negara lain dalam mengembangkan kebijakan yang pro kesetaraan gender.

#### Kesimpulan

Feminisme Pancasila menawarkan pendekatan yang holistik dan inklusif untuk mencapai kesetaraan gender di Indonesia. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dalam kebijakan dan praktik, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih adil dan setara. Meskipun ada banyak tantangan yang harus dihadapi, komitmen yang kuat dari semua pihak---pemerintah, masyarakat, dan individu---dapat membawa perubahan yang signifikan. Pancasila, sebagai dasar negara, memberikan landasan yang kuat untuk memperjuangkan hak-hak perempuan dan memastikan bahwa setiap orang, tanpa memandang jenis kelamin, memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan berkontribusi dalam pembangunan bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun