Reformasi 1998 adalah salah satu momen penting dalam sejarah Indonesia yang menandai berakhirnya rezim Orde Baru dan lahirnya era demokrasi. Dalam perspektif Marhaenisme, Reformasi 1998 memiliki nilai historis dan ideologis yang sangat signifikan, terutama dalam konteks perjuangan untuk keadilan sosial, demokrasi, dan kedaulatan rakyat.
#### Marhaenisme: Sebuah Pemahaman
Marhaenisme, yang diinisiasi oleh Ir. Soekarno, adalah ideologi yang berakar pada nilai-nilai keadilan sosial dan kedaulatan rakyat. Marhaenisme bertujuan untuk membebaskan rakyat kecil, yang disebut sebagai "Marhaen", dari penindasan dan eksploitasi oleh kaum kapitalis dan imperialis. Dalam konteks ini, Marhaenisme sangat relevan dalam menganalisis dan memahami Reformasi 1998, yang pada dasarnya adalah perjuangan rakyat untuk membebaskan diri dari otoritarianisme dan korupsi.
#### Latar Belakang Reformasi 1998
Sebelum Reformasi 1998, Indonesia berada di bawah rezim Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto selama lebih dari tiga dekade. Rezim ini dikenal dengan kekuasaannya yang otoriter, korupsi yang merajalela, dan pelanggaran hak asasi manusia yang sistematis. Kondisi ekonomi yang memburuk akibat krisis finansial Asia pada tahun 1997 semakin memperburuk situasi, memicu ketidakpuasan dan kemarahan rakyat.
#### Proses Reformasi
Gerakan Reformasi dimulai dengan serangkaian demonstrasi besar-besaran oleh mahasiswa dan elemen masyarakat lainnya yang menuntut perubahan sistem pemerintahan. Tuntutan utama gerakan ini adalah pengunduran diri Soeharto, pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), serta pembentukan pemerintahan yang demokratis. Setelah tekanan yang terus meningkat, Soeharto akhirnya mengundurkan diri pada 21 Mei 1998, membuka jalan bagi era Reformasi.
#### Perspektif Marhaenisme dalam Reformasi
Dalam perspektif Marhaenisme, Reformasi 1998 adalah manifestasi nyata dari perjuangan rakyat untuk membebaskan diri dari penindasan. Gerakan ini mencerminkan semangat Marhaenisme yang berjuang untuk keadilan sosial dan kedaulatan rakyat. Ada beberapa poin penting yang dapat dikaitkan dengan prinsip-prinsip Marhaenisme dalam konteks Reformasi 1998:
1. **Kedaulatan Rakyat**: Reformasi 1998 menekankan pentingnya kedaulatan rakyat dalam sistem pemerintahan. Ini sejalan dengan prinsip Marhaenisme yang menempatkan rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi. Dalam gerakan Reformasi, rakyat menunjukkan kekuatan dan keberanian mereka untuk menuntut perubahan dan mengakhiri rezim yang otoriter.
2. **Keadilan Sosial**: Salah satu tuntutan utama Reformasi adalah pemberantasan KKN yang telah merugikan rakyat kecil dan memperkaya segelintir elit. Marhaenisme menekankan pentingnya keadilan sosial dan distribusi kekayaan yang merata. Reformasi membuka peluang untuk menciptakan sistem yang lebih adil dan berkeadilan sosial, meskipun tantangan dalam implementasinya masih terus ada hingga hari ini.
3. **Anti-Kapitalisme dan Anti-Imperialisme**: Marhaenisme sangat kritis terhadap kapitalisme dan imperialisme yang dianggap sebagai sumber penindasan bagi rakyat. Reformasi 1998 juga merupakan respon terhadap model pembangunan Orde Baru yang cenderung kapitalistik dan membuka pintu bagi dominasi asing. Reformasi menawarkan kesempatan untuk mengembangkan model pembangunan yang lebih mandiri dan pro-rakyat.
#### Tantangan Pasca-Reformasi
Meskipun Reformasi 1998 berhasil mengakhiri rezim Orde Baru dan membuka jalan bagi demokrasi, namun tantangan besar masih tetap ada. Korupsi, ketimpangan sosial, dan dominasi elit masih menjadi masalah serius. Dalam perspektif Marhaenisme, perjuangan belum selesai. Reformasi harus terus diperjuangkan agar benar-benar membawa perubahan yang substansial bagi rakyat kecil.
Partisipasi aktif rakyat dalam proses demokrasi harus terus didorong. Pendidikan politik yang menanamkan nilai-nilai Marhaenisme sangat penting agar rakyat tidak hanya menjadi objek, tetapi juga subjek yang aktif dalam menentukan arah masa depan bangsa.
#### Kesimpulan
Reformasi 1998 adalah momen penting dalam sejarah Indonesia yang memiliki relevansi besar dalam perspektif Marhaenisme. Semangat kedaulatan rakyat, keadilan sosial, dan penolakan terhadap kapitalisme dan imperialisme yang menjadi inti dari Marhaenisme tercermin dalam gerakan Reformasi. Namun, tantangan besar masih ada dalam mewujudkan cita-cita Reformasi. Oleh karena itu, semangat dan nilai-nilai Marhaenisme harus terus menjadi landasan dalam perjuangan untuk menciptakan Indonesia yang lebih adil, demokratis, dan berdaulat.
Dengan demikian, Reformasi 1998 tidak hanya menjadi titik balik dalam sejarah politik Indonesia, tetapi juga menjadi panggilan bagi seluruh elemen bangsa untuk terus memperjuangkan keadilan dan kedaulatan rakyat, sesuai dengan semangat Marhaenisme yang diwariskan oleh Bung Karno.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H