Mohon tunggu...
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Demokrasi Memperdaya Rakyat: Kajian Kritis Islam dan Marhaenisme

13 Juli 2024   07:09 Diperbarui: 13 Juli 2024   07:11 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://fahum.umsu.ac.id/apa-itu-demokrasi/

Demokrasi, sebuah konsep yang konon memperjuangkan suara rakyat, telah menjadi sistem politik yang dominan di banyak negara di seluruh dunia. Namun, tidak sedikit yang merasa bahwa demokrasi sering kali justru memperdaya rakyatnya sendiri. Dalam konteks ini, pendekatan kritis melalui lensa Islam dan Marhaenisme menawarkan perspektif yang mendalam terhadap kegagalan dan manipulasi dalam sistem demokrasi.

### Demokrasi dalam Pandangan Islam

Dalam Islam, konsep kepemimpinan dan pemerintahan sangat berkaitan erat dengan nilai-nilai keadilan, kebenaran, dan tanggung jawab terhadap Allah dan umat manusia. Khalifah, sebagai pemimpin dalam Islam, diamanatkan untuk mengayomi rakyat dan menegakkan hukum Allah. Prinsip-prinsip ini sering kali tampak kontradiktif dengan praktik demokrasi modern yang kerap kali dikuasai oleh kepentingan politik dan ekonomi yang sempit.

Islam mengajarkan musyawarah (syura) sebagai mekanisme pengambilan keputusan yang inklusif dan adil. Dalam prakteknya, syura menekankan partisipasi masyarakat secara luas dan mempertimbangkan kepentingan seluruh umat. Namun, dalam demokrasi modern, proses pengambilan keputusan sering kali didominasi oleh elit politik dan ekonomi yang memiliki akses lebih besar terhadap kekuasaan dan sumber daya.

Kritik utama terhadap demokrasi dari perspektif Islam adalah kecenderungan sistem ini untuk meminggirkan nilai-nilai spiritual dan moral. Demokrasi sekuler sering kali mengabaikan aspek-aspek penting dari kehidupan manusia yang berkaitan dengan iman dan akhlak. Akibatnya, keputusan politik yang dihasilkan sering kali tidak mencerminkan keadilan dan kebenaran yang diharapkan oleh masyarakat.

### Marhaenisme dan Demokrasi

Marhaenisme, ideologi yang dipelopori oleh Soekarno, adalah pandangan politik yang berfokus pada perjuangan kelas pekerja dan kaum tertindas. Marhaenisme bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang adil dan sejahtera melalui perlawanan terhadap eksploitasi dan ketidakadilan. Dalam konteks demokrasi, Marhaenisme menawarkan kritik yang tajam terhadap cara sistem ini sering kali memperdaya rakyat jelata.

Soekarno memandang demokrasi sebagai alat yang bisa digunakan untuk memperjuangkan hak-hak rakyat, tetapi juga sebagai sistem yang rentan terhadap manipulasi oleh kaum kapitalis dan elit politik. Demokrasi yang ideal menurut Marhaenisme adalah demokrasi yang benar-benar mengutamakan kepentingan rakyat, bukan sekedar alat legitimasi bagi kekuasaan elit.

Dalam praktiknya, demokrasi sering kali tidak berjalan sesuai dengan harapan ini. Proses pemilihan umum yang seharusnya menjadi mekanisme partisipasi rakyat sering kali diwarnai oleh politik uang, kampanye hitam, dan manipulasi media. Akibatnya, rakyat tidak benar-benar memiliki kendali atas hasil pemilu, dan kepentingan mereka sering kali terabaikan setelah pemilu usai.

### Manipulasi Demokrasi: Studi Kasus

Contoh nyata dari manipulasi demokrasi dapat dilihat di banyak negara, termasuk Indonesia. Pada setiap periode pemilu, berbagai praktik curang dan manipulatif sering kali terjadi, mulai dari kecurangan dalam proses pemungutan suara hingga tekanan terhadap calon independen dan partai kecil. Hal ini menunjukkan bahwa demokrasi tidak selalu mencerminkan kehendak rakyat, tetapi lebih sering mencerminkan kepentingan segelintir elit yang berkuasa.

Kasus lain yang relevan adalah bagaimana undang-undang dan kebijakan sering kali dibuat untuk menguntungkan korporasi besar dan kelompok kaya, sementara rakyat jelata harus menanggung beban berat akibat keputusan tersebut. Kebijakan ekonomi yang liberal dan pro-kapitalis sering kali merugikan petani, buruh, dan kelas pekerja lainnya yang seharusnya menjadi prioritas dalam sistem demokrasi yang sejati.

### Solusi Alternatif

Menghadapi kenyataan ini, baik Islam maupun Marhaenisme menawarkan alternatif yang berfokus pada keadilan sosial dan kesejahteraan rakyat. Dalam konteks Islam, penerapan syura yang sejati dapat menjadi model demokrasi yang lebih adil dan inklusif, di mana keputusan diambil berdasarkan prinsip-prinsip moral dan keadilan yang diakui oleh umat.

Marhaenisme, di sisi lain, menekankan pentingnya perjuangan kelas dan mobilisasi rakyat untuk menuntut hak-hak mereka. Demokrasi yang ideal dalam pandangan Marhaenisme adalah demokrasi yang benar-benar berasal dari rakyat dan untuk rakyat, bukan sekadar formalitas yang dijalankan untuk melegitimasi kekuasaan elit.

### Kesimpulan

Demokrasi, meskipun diidealkan sebagai sistem yang memperjuangkan kepentingan rakyat, sering kali justru memperdaya mereka melalui manipulasi dan eksploitasi oleh kekuatan elit. Melalui pendekatan kritis dari perspektif Islam dan Marhaenisme, kita dapat melihat bagaimana sistem ini sering kali gagal memenuhi harapan keadilan dan kesejahteraan bagi semua. Solusi yang ditawarkan oleh kedua perspektif ini menekankan pentingnya nilai-nilai moral, keadilan sosial, dan partisipasi sejati dari rakyat untuk menciptakan sistem pemerintahan yang benar-benar melayani kepentingan umat dan rakyat jelata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun