Mohon tunggu...
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bagaimana Pemilu 1982 Lebih Elok Ketimbang Pilkada 2024?

12 Juli 2024   08:34 Diperbarui: 12 Juli 2024   08:56 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemilu adalah tonggak penting dalam perjalanan demokrasi suatu negara. Indonesia, sebagai negara yang menganut sistem demokrasi, telah melalui berbagai perubahan dan dinamika dalam penyelenggaraan pemilihan umum (Pemilu). Dua pemilu yang kerap menjadi perbandingan adalah Pemilu 1982 dan Pilkada Serentak 2024. Meskipun terdapat perbedaan signifikan dalam konteks dan mekanisme, ada beberapa aspek yang dapat membuat kita berpikir bahwa Pemilu 1982 memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan Pilkada Serentak 2024.

**1. Stabilitas dan Keamanan**

Pemilu 1982 berlangsung dalam situasi yang relatif stabil dan aman. Pada masa itu, pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto berhasil menciptakan kondisi yang kondusif untuk penyelenggaraan pemilu. Tidak banyak gejolak politik atau gangguan keamanan yang mengganggu proses pemilu. Di sisi lain, Pilkada Serentak 2024 dihadapkan pada tantangan keamanan yang lebih kompleks. Konflik politik lokal, potensi kekerasan, dan ancaman terorisme menjadi ancaman yang harus dihadapi oleh penyelenggara pemilu.

**2. Tingkat Partisipasi Pemilih**

Pemilu 1982 mencatat tingkat partisipasi pemilih yang cukup tinggi. Meskipun ada kritik terhadap keterbatasan kebebasan politik dan kontrol pemerintah terhadap media, masyarakat masih antusias untuk menggunakan hak pilihnya. Sebaliknya, Pilkada Serentak 2024 dihadapkan pada tantangan partisipasi pemilih yang menurun. Apatisme politik, ketidakpercayaan terhadap proses pemilu, dan pandemi COVID-19 yang belum sepenuhnya usai menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya partisipasi pemilih.

**3. Sentralisasi vs. Desentralisasi**

Pemilu 1982 dijalankan dalam kerangka pemerintahan yang sangat "sentralistik". Kebijakan dan keputusan politik ditentukan oleh pusat, sehingga penyelenggaraan pemilu relatif lebih terkoordinasi dan teratur. Sementara itu, Pilkada Serentak 2024 dijalankan dalam kerangka desentralisasi yang kuat. Meskipun desentralisasi memberikan otonomi lebih besar kepada daerah, hal ini juga menimbulkan tantangan koordinasi dan inkonsistensi kebijakan antar daerah.

**4. Pengawasan dan Kontrol**

Pengawasan terhadap Pemilu 1982 sangat ketat dan terpusat. Pemerintah Orde Baru memiliki mekanisme kontrol yang kuat terhadap proses pemilu, meskipun sering dikritik sebagai tidak demokratis. Namun, hal ini memastikan bahwa pemilu berjalan sesuai dengan rencana tanpa banyak gangguan. Di sisi lain, Pilkada Serentak 2024 menghadapi tantangan dalam pengawasan yang lebih kompleks. Dengan banyaknya daerah yang menyelenggarakan pilkada secara serentak, pengawasan menjadi lebih sulit dan rawan terhadap kecurangan.

**5. Infrastruktur dan Teknologi**

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun