Mohon tunggu...
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Hipotesis Prakiraan Perolehan Suara dan Kursi PPP-Golkar-PDI di Pemilu 1992 Jika Gunakan Sistem Proporsional Terbuka

11 Juli 2024   09:07 Diperbarui: 11 Juli 2024   09:16 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

### Hipotesis Prakiraan Perolehan Suara dan Kursi PPP-Golkar-PDI di Pemilu 1992 Jika Gunakan Sistem Proporsional Terbuka

Pemilu 1992 di Indonesia merupakan salah satu pemilu penting yang menunjukkan dinamika politik di era Orde Baru. Pemilu ini masih menggunakan sistem proporsional tertutup di mana para pemilih hanya memilih partai, dan partai yang menentukan kandidat yang akan duduk di kursi parlemen. Namun, munculnya sistem proporsional terbuka di kemudian hari memunculkan spekulasi tentang bagaimana hasil pemilu 1992 jika menggunakan sistem ini.

### Sistem Proporsional Terbuka vs. Tertutup

Sistem proporsional tertutup memungkinkan partai politik memiliki kontrol penuh atas urutan kandidat dalam daftar mereka, sehingga pemilih hanya dapat memilih partai, bukan individu. Di sisi lain, sistem proporsional terbuka memungkinkan pemilih untuk memilih kandidat individu dalam daftar partai, yang berarti bahwa kandidat dengan suara terbanyak dari pemilih yang akan mendapatkan kursi.

### Hipotesis Perolehan Suara PPP, Golkar, dan PDI

1. **PPP (Partai Persatuan Pembangunan)**:

   PPP sebagai partai yang mengusung platform Islam memiliki basis pemilih yang solid terutama di daerah-daerah dengan mayoritas Muslim. Dalam sistem proporsional tertutup, PPP memperoleh 17,0% suara nasional dan 62 kursi di DPR. Dalam sistem proporsional terbuka, sangat mungkin PPP dapat meningkatkan perolehan suaranya. Hal ini karena kader-kader PPP yang populer di daerah masing-masing bisa menarik lebih banyak suara individu yang mungkin sebelumnya memilih partai lain atau golput karena tidak mengetahui siapa kandidatnya.

2. **Golkar (Golongan Karya)**:

   Golkar yang menjadi partai dominan di era Orde Baru dengan segala kelebihan logistik dan akses terhadap media, berhasil mendapatkan 68,1% suara dan 282 kursi di DPR pada pemilu 1992. Dalam sistem proporsional terbuka, Golkar mungkin akan menghadapi tantangan dari kandidat-kandidat partai lain yang memiliki popularitas personal tinggi. Namun, keunggulan jaringan dan sumber daya yang dimiliki Golkar tetap akan membuatnya mendominasi perolehan suara.

3. **PDI (Partai Demokrasi Indonesia)**:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun