**Peluh di Tanah Kering**
Di tanah yang retak, di bawah terik mentari,
Tertanam jerih payah, tak terhitung hari.
Peluh mengalir, bagai sungai tak bertepi,
Membasahi bumi, yang kering dan sunyi.
Dengan cangkul dan harap, mereka berjuang,
Menggali rezeki, di ladang yang gersang.
Setiap tetes keringat, adalah doa yang melayang,
Mengharap hujan turun, menghapus duka yang mengambang.
Anak-anak berlarian, tanpa alas kaki,
Di bawah langit kelabu, mimpi mereka bersembunyi.
Mereka menatap, dengan mata penuh harap,
Menanti hari esok, yang mungkin lebih cerah.
Di sudut desa, ibu-ibu menenun cerita,
Di antara benang-benang, terselip air mata.
Mereka tahu, bahwa hidup tak selalu ramah,
Namun tangan mereka terus bekerja, meski hati lelah.
Ayah-ayah berdiri tegap, meski beban berat,
Menjaga asa keluarga, di tengah segala rintangan.
Mereka tahu, bahwa kemiskinan bukanlah akhir,
Namun sebuah jalan panjang, menuju masa depan yang benar.
Di balik setiap senyuman, tersimpan luka mendalam,
Namun mereka tak pernah berhenti, tak pernah padam.
Mereka adalah pahlawan, di ladang-ladang sunyi,
Menggantungkan harapan, pada setiap detik yang berganti.
Peluh di tanah kering, adalah saksi bisu,
Dari perjuangan tanpa akhir, dari mimpi yang tak jemu.
Mereka tak butuh belas kasih, hanya kesempatan,
Untuk meraih mimpi, dan menjemput harapan.
Maka dengarkanlah, suara dari ladang gersang,
Suara mereka yang berjuang, tanpa henti dan bimbang.
Karena di balik setiap tetes peluh, ada cerita yang terjalin,
Cerita tentang keberanian, di tanah yang kering.