Sarinah, sebuah nama yang dikenal di Indonesia sebagai lambang perlawanan terhadap seksisme dan ketidakadilan gender, memiliki sejarah yang kuat dalam perjuangan emansipasi wanita. Nama ini identik dengan buku karya Presiden pertama Indonesia, Soekarno, berjudul "Sarinah: Kewajiban Wanita Dalam Perjuangan Republik Indonesia", yang menyoroti pentingnya peran wanita dalam pembangunan bangsa. Dalam konteks modern, perjuangan melawan seksisme yang diwakili oleh Sarinah terus relevan dan menjadi inspirasi bagi banyak gerakan feminis di Indonesia.
**Latar Belakang Sejarah Sarinah**
Sarinah adalah seorang pengasuh Soekarno semasa kecil yang memberikan pengaruh besar pada pandangan Soekarno tentang peran wanita. Buku "Sarinah" yang diterbitkan pada tahun 1947, menyampaikan pandangan Soekarno tentang pentingnya pemberdayaan wanita. Soekarno percaya bahwa wanita memiliki peran yang tak tergantikan dalam membentuk karakter dan moral bangsa. Dia melihat wanita sebagai pilar keluarga yang kuat dan kunci untuk membangun masyarakat yang adil dan sejahtera.
**Sarinah dalam Konteks Modern**
Di era modern, semangat yang diusung oleh Sarinah terus hidup dan berkembang. Perjuangan melawan seksisme di Indonesia menghadapi tantangan yang kompleks, mulai dari budaya patriarki yang mengakar hingga diskriminasi di tempat kerja dan kekerasan berbasis gender. Namun, semangat Sarinah menjadi pendorong bagi banyak wanita Indonesia untuk terus berjuang.
Organisasi dan komunitas feminis di Indonesia sering kali mengangkat nama Sarinah sebagai simbol perjuangan mereka. Mereka berusaha untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kesetaraan gender, mendukung korban kekerasan berbasis gender, dan memperjuangkan hak-hak wanita di berbagai bidang.
**Pendidikan dan Kesadaran**
Salah satu cara utama untuk melawan seksisme adalah melalui pendidikan dan peningkatan kesadaran. Pendidikan memainkan peran penting dalam membentuk pandangan dan sikap generasi muda terhadap gender. Program-program pendidikan yang inklusif dan sensitif gender sangat diperlukan untuk mengurangi stereotip dan prasangka yang ada sejak dini.
Selain itu, kampanye kesadaran yang dilakukan oleh berbagai organisasi feminis sangat efektif dalam mengubah persepsi masyarakat. Media sosial dan platform digital menjadi alat yang kuat untuk menyebarkan pesan tentang kesetaraan gender dan mengajak lebih banyak orang untuk terlibat dalam perjuangan melawan seksisme.
**Peran Hukum dan Kebijakan**
Aspek lain yang tidak kalah penting adalah peran hukum dan kebijakan dalam melawan seksisme. Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah penting dengan mengesahkan undang-undang yang melindungi hak-hak wanita. Namun, implementasi dan penegakan hukum masih menjadi tantangan besar.Â
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (UU PKDRT) adalah salah satu contoh regulasi yang bertujuan untuk melindungi wanita dari kekerasan. Selain itu, pemerintah juga telah mengesahkan Rancangan Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (RUU TPKS) pada tahun 2021 yang bertujuan untuk memberikan perlindungan lebih terhadap korban kekerasan seksual. Meskipun demikian, masih banyak kasus kekerasan yang tidak dilaporkan atau tidak ditindaklanjuti dengan serius.
**Peran Pria dalam Melawan Seksisme**
Melawan seksisme bukan hanya tanggung jawab wanita, tetapi juga pria. Kesetaraan gender hanya bisa dicapai jika pria dan wanita bekerja sama untuk menciptakan perubahan. Pria harus dilibatkan dalam diskusi tentang gender dan diajak untuk menjadi sekutu dalam perjuangan melawan seksisme.Â
Program-program yang mengajak pria untuk berpartisipasi dalam kampanye kesetaraan gender dan melawan kekerasan berbasis gender sangat penting. Hal ini membantu untuk mengubah pandangan tradisional tentang maskulinitas dan mendorong pria untuk mengambil peran aktif dalam menciptakan masyarakat yang lebih adil dan setara.
**Kisah-Kisah Inspiratif**
Banyak wanita Indonesia yang telah menunjukkan keberanian dan ketangguhan dalam melawan seksisme. Mereka datang dari berbagai latar belakang dan profesi, mulai dari aktivis, akademisi, hingga profesional di berbagai bidang. Kisah-kisah mereka menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi wanita lain untuk terus berjuang.
Misalnya, sosok Kartini yang dikenal sebagai pelopor emansipasi wanita di Indonesia. Meskipun hidup pada abad ke-19, pemikiran dan perjuangannya masih relevan hingga kini. Di era modern, tokoh seperti Nurhayati Srihardini Siti Nukatin (Nh. Dini), seorang penulis yang karya-karyanya sering mengangkat isu-isu perempuan, juga menjadi inspirasi bagi banyak orang.
**Kesimpulan**
Perjuangan melawan seksisme adalah proses yang panjang dan membutuhkan usaha dari semua pihak. Semangat Sarinah, dengan nilai-nilai kesetaraan dan keadilan gender, terus menjadi pendorong bagi banyak gerakan feminis di Indonesia. Melalui pendidikan, kesadaran, hukum yang adil, dan keterlibatan pria, kita bisa bergerak menuju masyarakat yang lebih setara dan bebas dari seksisme. Kisah-kisah inspiratif dari wanita Indonesia menjadi bukti bahwa perubahan itu mungkin dan perjuangan harus terus dilanjutkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H