Mohon tunggu...
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Peluh dan Harapan di Pinggir Kota

29 Juni 2024   17:22 Diperbarui: 29 Juni 2024   17:33 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://metrum.co.id/cerita-braga-bandung-yang-dulunya-dijuluki-jalan-culik/

**Peluh dan Harapan di Pinggir Kota**

Di pinggir kota, kehidupan berdenyut dalam ritme yang berbeda. Di sana, para pekerja keras mengisi hari-hari dengan peluh, bercampur harapan yang tak pernah padam. Mereka berjuang melawan kerasnya kenyataan, menggali jalan menuju masa depan yang lebih baik.

Ketika matahari terbit, cahaya pagi membelai wajah-wajah lelah namun penuh semangat. Mereka meninggalkan rumah sederhana, melangkah di jalan berdebu, menembus hiruk-pikuk pasar dan pabrik. Peluh yang mengalir adalah saksi bisu dari kerja keras yang tiada henti, sebuah pengorbanan demi sesuap nasi dan mimpi-mimpi kecil yang ingin diwujudkan.

Di sela-sela waktu rehat, mereka saling berbagi cerita, tentang impian membangun rumah yang lebih layak, menyekolahkan anak hingga ke jenjang yang lebih tinggi, atau sekadar bisa beristirahat tanpa rasa cemas akan hari esok. Harapan-harapan ini menyala di tengah tantangan, menjadi bahan bakar yang mendorong mereka melangkah lebih jauh.

Di sudut lain, ada anak-anak yang bermain riang di lapangan tanah. Meski sederhana, mereka memiliki kebahagiaan yang tulus. Di mata mereka, dunia ini adalah tempat yang penuh keajaiban, dan setiap hari adalah petualangan baru. Mereka adalah generasi masa depan yang diharapkan dapat meraih mimpi lebih tinggi, berkat jerih payah orang tua mereka.

Malam datang, kota kecil itu kembali hening. Di bawah langit bertabur bintang, para pekerja merebahkan diri, memanjatkan doa-doa lirih. Di setiap tetes keringat, tersimpan kekuatan dan keteguhan hati, mengukir cerita tentang ketabahan dan harapan yang terus menyala di pinggir kota.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun