Mohon tunggu...
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Hipotesis Jumlah Perolehan Suara dan Kursi PPP, Golkar, dan PDI di Pemilu 1987 dengan Sistem Distrik

29 Juni 2024   04:34 Diperbarui: 29 Juni 2024   04:35 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

## Hipotesis Jumlah Perolehan Suara dan Kursi PPP, Golkar, dan PDI di Pemilu 1987 dengan Sistem Distrik

### Pendahuluan

Pemilu 1987 di Indonesia adalah peristiwa politik penting di mana tiga partai utama, yakni Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Golongan Karya (Golkar), dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI), bersaing untuk mendapatkan kursi di parlemen. Saat itu, sistem pemilu yang digunakan adalah proporsional dengan daftar tertutup. Dalam tulisan ini, akan dibahas hipotesis tentang bagaimana perolehan suara dan kursi ketiga partai ini jika pemilu dilaksanakan dengan sistem distrik.

### Sistem Pemilu Proporsional vs. Sistem Distrik

Sistem pemilu proporsional bertujuan untuk mencerminkan perolehan suara partai secara proporsional dalam alokasi kursi di parlemen. Ini sering menguntungkan partai-partai kecil, karena setiap suara dihitung untuk alokasi kursi.

Sebaliknya, sistem distrik, sering kali dalam bentuk distrik satu anggota (first-past-the-post), mengutamakan kandidat dengan suara terbanyak di setiap distrik. Sistem ini cenderung menguntungkan partai besar dan dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara persentase suara dan jumlah kursi yang diperoleh.

### Hipotesis Perolehan Suara dan Kursi

1. **Dominasi Golkar**: Sebagai partai penguasa pada saat itu, Golkar diperkirakan akan lebih diuntungkan dengan sistem distrik. Basis massa yang tersebar dan dukungan kuat dari pemerintah bisa membuat mereka memenangkan banyak distrik meskipun dengan perolehan suara yang tidak terlalu besar secara keseluruhan.

2. **Kesulitan PPP dan PDI**: PPP dan PDI kemungkinan akan kesulitan dalam sistem distrik. Sebagai partai dengan basis pendukung yang lebih terfokus di daerah tertentu, perolehan suara mereka bisa terpecah dan tidak berkontribusi signifikan dalam memenangkan distrik tertentu. Ini dapat mengakibatkan underrepresentation di parlemen.

3. **Efek Pengelompokan Wilayah**: Di wilayah-wilayah di mana PPP atau PDI memiliki dukungan kuat, mereka masih bisa memenangkan beberapa kursi. Namun, distribusi dukungan yang tidak merata dapat meminimalisir dampak total mereka di parlemen dibandingkan dengan sistem proporsional.

### Simulasi Hasil

Jika kita mensimulasikan hasil pemilu 1987 dengan sistem distrik, kita perlu mempertimbangkan:

- **Kemenangan Per Distrik**: Golkar kemungkinan akan mendominasi, memenangkan banyak distrik terutama di daerah pedesaan dan wilayah dengan dukungan pemerintah kuat.

  

- **Pengaruh Suara Minoritas**: Suara-suara untuk PPP dan PDI yang tidak cukup untuk memenangkan distrik mungkin akan "hilang," tidak terkonversi menjadi kursi.

- **Perubahan Strategi Kampanye**: Dengan sistem distrik, strategi kampanye mungkin akan difokuskan pada memenangkan distrik tertentu dibandingkan mencari suara terbanyak secara nasional.

### Kesimpulan

Menggunakan sistem distrik dalam Pemilu 1987 kemungkinan besar akan mengubah peta politik Indonesia secara signifikan. Golkar diperkirakan akan mendapatkan keuntungan besar dengan memenangkan lebih banyak kursi dibandingkan dengan perolehan suara mereka secara keseluruhan. Sebaliknya, PPP dan PDI mungkin mengalami penurunan jumlah kursi meskipun tetap memiliki basis dukungan yang cukup besar di tingkat nasional.

Dengan demikian, sistem pemilu yang digunakan memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap representasi politik di parlemen dan strategi partai dalam menggalang dukungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun