Mohon tunggu...
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kapitalisme Digital dan Dampaknya bagi Gerakan Kolektif

26 Juni 2024   06:22 Diperbarui: 26 Juni 2024   07:01 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.urbanasia.com/tech/menolak-sisi-gelap-kapitalisme-digital-U65951#google_vignette

Kapitalisme digital adalah fenomena ekonomi di mana teknologi digital dan internet memainkan peran sentral dalam proses produksi, distribusi, dan konsumsi. Istilah ini menggambarkan bagaimana modal, data, dan informasi menjadi sumber daya utama dalam perekonomian yang semakin digital. Transformasi ini membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan sosial, politik, dan ekonomi, termasuk dalam konteks gerakan kolektif.

### Kapitalisme Digital: Definisi dan Ciri Utama

Kapitalisme digital ditandai oleh beberapa ciri utama. Pertama, peran data sebagai komoditas utama. Data yang dikumpulkan melalui berbagai platform digital digunakan untuk memahami, memprediksi, dan memanipulasi perilaku konsumen. Kedua, platform digital seperti Google, Facebook, dan Amazon menjadi aktor dominan yang mengontrol akses dan distribusi informasi serta layanan. Ketiga, otomatisasi dan kecerdasan buatan meningkatkan efisiensi produksi dan distribusi, tetapi juga menimbulkan ancaman terhadap pekerjaan tradisional.

### Dampak Kapitalisme Digital pada Gerakan Kolektif

Gerakan kolektif, yang biasanya terbentuk dari keinginan bersama untuk mencapai perubahan sosial atau politik, mengalami berbagai dampak akibat kapitalisme digital. Dampak ini dapat bersifat positif maupun negatif.

#### Dampak Positif

1. **Akses Informasi dan Mobilisasi**: Internet memungkinkan akses informasi yang lebih luas dan cepat. Aktivis dapat dengan mudah menyebarkan pesan, mengorganisir aksi, dan menarik perhatian internasional terhadap isu-isu tertentu. Media sosial telah menjadi alat penting untuk mobilisasi massa, seperti yang terlihat dalam gerakan Arab Spring dan Black Lives Matter.

2. **Partisipasi Demokratis**: Teknologi digital memungkinkan partisipasi lebih luas dalam proses demokratis. Petisi online, kampanye media sosial, dan diskusi publik di forum online memberi suara kepada mereka yang sebelumnya tidak terdengar.

3. **Jaringan Global**: Internet memfasilitasi pembentukan jaringan global antar gerakan. Aktivis dari berbagai belahan dunia dapat saling berbagi strategi, sumber daya, dan dukungan, memperkuat solidaritas internasional.

#### Dampak Negatif

1. **Pengawasan dan Kontrol**: Kapitalisme digital juga membawa peningkatan pengawasan dan kontrol. Pemerintah dan korporasi dapat memantau aktivitas online untuk mengidentifikasi dan menekan gerakan kolektif. Algoritma media sosial sering kali diatur untuk mengutamakan konten yang menguntungkan secara komersial, yang bisa menekan visibilitas pesan-pesan kritis atau revolusioner.

2. **Komodifikasi Aktivisme**: Aktivisme digital sering kali dikomodifikasi, di mana aksi kolektif dijadikan produk yang dijual atau dipasarkan. Fenomena ini dapat mengurangi esensi dan otentisitas gerakan, mengubahnya menjadi aktivitas yang lebih simbolis daripada substantif.

3. **Fragmentasi dan Polarisasi**: Algoritma media sosial yang dirancang untuk meningkatkan keterlibatan pengguna cenderung menciptakan "echo chambers" atau ruang gema, di mana pengguna hanya terpapar pada informasi yang sesuai dengan pandangan mereka. Hal ini dapat menyebabkan fragmentasi dan polarisasi dalam masyarakat, menghambat dialog dan kerjasama lintas kelompok.

### Tantangan dan Peluang bagi Gerakan Kolektif

Menghadapi kapitalisme digital, gerakan kolektif perlu beradaptasi dengan tantangan dan peluang yang ada. Salah satu tantangan utama adalah menemukan cara untuk melawan pengawasan dan kontrol yang meningkat. Ini bisa melibatkan penggunaan teknologi enkripsi, VPN, dan platform komunikasi yang aman.

Selain itu, gerakan kolektif harus berusaha mengatasi komodifikasi aktivisme dengan menjaga integritas dan tujuan asli mereka. Membangun kesadaran kritis tentang bagaimana teknologi dan algoritma bekerja dapat membantu aktivis dalam memanfaatkan teknologi secara lebih efektif dan etis.

Di sisi lain, gerakan kolektif juga dapat memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh teknologi digital. Misalnya, dengan menggunakan data analitik untuk memahami tren dan sentimen publik, serta mengembangkan strategi kampanye yang lebih efektif. Teknologi blockchain juga menawarkan potensi untuk menciptakan sistem yang lebih transparan dan desentralisasi, yang dapat digunakan dalam pengorganisasian kolektif.

### Kesimpulan

Kapitalisme digital membawa dampak yang kompleks bagi gerakan kolektif. Sementara teknologi digital menyediakan alat dan kesempatan baru untuk mobilisasi dan partisipasi, ia juga memperkenalkan tantangan dalam bentuk pengawasan, komodifikasi, dan fragmentasi. Untuk menghadapi era kapitalisme digital, gerakan kolektif perlu mengembangkan strategi yang adaptif dan inovatif, serta menjaga komitmen terhadap prinsip-prinsip keadilan sosial dan solidaritas. Dengan pendekatan yang tepat, gerakan kolektif dapat memanfaatkan teknologi digital untuk mendorong perubahan sosial yang berarti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun