Mohon tunggu...
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Nawaksara Sukarno Vs Nawacita Jokowi

22 Juni 2024   06:59 Diperbarui: 22 Juni 2024   07:00 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

### Nawaksara Soekarno vs Nawacita Jokowi: Sebuah Tinjauan Kritis

#### Pendahuluan

Dalam sejarah politik Indonesia, dua dokumen penting telah menjadi landasan ideologis dan arah kebijakan pemerintahan yang berbeda: Nawaksara yang disampaikan oleh Presiden Soekarno dan Nawacita yang diusung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Kedua dokumen ini mencerminkan visi dan misi masing-masing pemimpin dalam upaya mereka membangun bangsa Indonesia. Artikel ini akan mengupas secara mendalam kedua dokumen tersebut, membandingkan konteks, isi, dan dampak dari Nawaksara dan Nawacita dalam sejarah dan perkembangan Indonesia.

#### Latar Belakang Sejarah

**Nawaksara Soekarno:**

Pada tanggal 22 Juni 1966, Presiden Soekarno menyampaikan Nawaksara di depan Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS). Nawaksara, yang berasal dari kata "nawa" berarti sembilan dan "aksara" berarti tulisan, merupakan pidato politik yang berisi penjelasan Soekarno tentang situasi politik dan sosial Indonesia pada saat itu. Pidato ini juga merupakan respons terhadap krisis politik yang dihadapi Indonesia pasca peristiwa Gerakan 30 September 1965.

**Nawacita Jokowi:**

Nawacita, yang secara harfiah berarti "sembilan cita-cita," adalah program kerja yang disusun oleh Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai visi dan misi pemerintahan mereka ketika mencalonkan diri pada Pemilihan Presiden 2014. Nawacita mencakup sembilan prioritas pembangunan yang bertujuan untuk mewujudkan Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian. Program ini menjadi landasan arah kebijakan Jokowi selama masa kepemimpinannya.

#### Isi dan Tujuan

**Nawaksara:**

Dalam Nawaksara, Soekarno menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa dalam menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam maupun luar negeri. Nawaksara juga mencerminkan upaya Soekarno untuk mempertahankan posisinya di tengah krisis politik yang semakin memuncak. Beberapa poin penting dari Nawaksara meliputi:

1. Penegasan kembali tentang Pancasila sebagai dasar negara.

2. Pentingnya revolusi mental untuk membangun karakter bangsa.

3. Menekankan semangat anti-imperialisme dan anti-kolonialisme.

4. Ajakan untuk tetap teguh dalam menghadapi tantangan politik dan ekonomi.

**Nawacita:**

Sebaliknya, Nawacita Jokowi lebih berfokus pada aspek praktis dan teknokratis pembangunan nasional. Sembilan prioritas utama dalam Nawacita meliputi:

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara.

2. Membuat pemerintah selalu hadir dalam membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan dengan program "Indonesia Pintar."

6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional.

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

8. Melakukan revolusi karakter bangsa.

9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

#### Dampak dan Implementasi

**Implementasi Nawaksara:**

Nawaksara tidak berhasil mencapai tujuannya untuk mempertahankan kekuasaan Soekarno. Sebaliknya, situasi politik yang semakin tidak stabil dan tekanan dari berbagai pihak, termasuk militer dan masyarakat, menyebabkan berakhirnya era Soekarno dan dimulainya era Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto.

**Implementasi Nawacita:**

Nawacita telah menjadi panduan bagi berbagai kebijakan pemerintahan Jokowi, seperti pembangunan infrastruktur yang masif, peningkatan layanan kesehatan dan pendidikan, serta reformasi birokrasi (meskipun berbau Neoliberal). Namun, implementasi Nawacita juga menghadapi tantangan, termasuk resistensi birokrasi, masalah korupsi, dan dinamika politik yang kompleks.

#### Kesimpulan

Nawaksara dan Nawacita adalah dua dokumen yang lahir dari konteks sejarah dan tantangan yang berbeda. Nawaksara mencerminkan upaya Soekarno untuk menjaga stabilitas politik di tengah krisis, sementara Nawacita menunjukkan visi Jokowi dalam pembangunan yang lebih teknokratis dan pragmatis. Meskipun Nawaksara tidak berhasil menyelamatkan posisi Soekarno, Nawacita telah membawa perubahan signifikan dalam beberapa aspek pembangunan Indonesia. Kedua dokumen ini tetap menjadi saksi sejarah penting dalam perjalanan bangsa Indonesia, menunjukkan bagaimana pemimpin nasional merumuskan visi dan misi mereka untuk kemajuan bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun