Mohon tunggu...
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengapa Penolakan Sosial Menyakitkan bagi Kita?

16 Juni 2024   12:30 Diperbarui: 16 Juni 2024   12:37 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.instagram.com/p/CsFd1pnp71i/?igsh=MXRnbjMyZzI1OXNncg==

#### Hubungan dengan Kapitalisme

Kapitalisme, dengan penekanannya pada kompetisi dan individualisme, sering kali memperparah dampak penolakan sosial. Dalam masyarakat kapitalis, nilai seseorang seringkali diukur berdasarkan kesuksesan material dan kemampuan bersaing. Hal ini dapat menciptakan lingkungan di mana penolakan sosial lebih mungkin terjadi, terutama terhadap mereka yang tidak mampu memenuhi standar-standar kesuksesan yang ditetapkan.

Kapitalisme juga memperkuat ketidaksetaraan sosial dan ekonomi, yang pada gilirannya meningkatkan risiko penolakan sosial bagi kelompok-kelompok yang kurang beruntung. Mereka yang berada di posisi ekonomi yang lebih rendah sering kali mengalami stigma dan diskriminasi, yang memperparah rasa penolakan dan keterasingan sosial.

Lebih lanjut, kapitalisme cenderung memecah belah masyarakat menjadi individu-individu yang terisolasi, yang masing-masing berjuang untuk kepentingan pribadi. Ini bertentangan dengan nilai-nilai kolektivisme dan solidaritas yang ditekankan baik dalam Islam maupun Marhaenisme. Ketika masyarakat terfragmentasi, ikatan sosial melemah, dan penolakan sosial menjadi lebih umum dan lebih menyakitkan.

### Kesimpulan

Penolakan sosial adalah fenomena yang kompleks dan menyakitkan, yang memiliki dampak signifikan pada kesejahteraan individu dan masyarakat. Dari perspektif Islam, penolakan sosial bertentangan dengan prinsip ukhuwah dan kasih sayang antar sesama. Sementara itu, Marhaenisme melihat penolakan sosial sebagai bentuk penindasan yang merusak solidaritas dan keadilan sosial.

Kapitalisme, dengan penekanannya pada kompetisi dan individualisme, seringkali memperburuk dampak penolakan sosial, menciptakan lingkungan di mana individu merasa terisolasi dan tidak berharga jika mereka tidak dapat memenuhi standar kesuksesan yang ditetapkan.

Oleh karena itu, penting untuk menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan adil, di mana setiap individu dihargai dan diterima, sesuai dengan nilai-nilai yang diajarkan oleh Islam dan Marhaenisme. Hanya dengan begitu, kita dapat mengurangi rasa sakit akibat penolakan sosial dan membangun komunitas yang lebih kuat dan penuh kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun