Di balik tirai tebal yang menjuntai,
Bersembunyi wajah-wajah yang tamak,
Mengintip dengan mata penuh nafsu,
Melihat dunia sebagai ladang emas.
Tirai itu terbuat dari benang-benang kepalsuan,
Ditenun dengan janji-janji kosong dan harapan palsu,
Setiap helaian benangnya mengandung ambisi,
Yang hanya menguntungkan mereka yang berada di baliknya.
Tirai keserakahan, tebal dan kuat,
Melindungi mereka yang tak pernah cukup,
Mereka yang selalu ingin lebih,
Mereka yang memandang dunia dengan hitungan laba rugi.
Di balik tirai itu, pesta-pesta megah digelar,
Pesta yang hanya dihadiri oleh mereka yang sama,
Mereka yang menimbun harta tanpa rasa malu,
Mereka yang mencuri hak orang lain dengan senyuman.
Sementara di luar tirai, di bawah sinar matahari,
Ada rakyat yang menunggu dengan harapan tipis,
Mereka yang bekerja keras setiap hari,
Untuk mengais remah-remah dari pesta di balik tirai.
Tangis anak-anak yang kelaparan,
Jerit ibu-ibu yang kehilangan harapan,
Semua tertahan oleh tebalnya tirai keserakahan,
Tak terdengar oleh mereka yang sedang berpesta.
Tirai keserakahan menutup pandangan,
Membuat mereka yang di baliknya tak lagi melihat,
Bahwa di luar sana ada kehidupan yang nyata,
Ada orang-orang yang terhimpit dan terabaikan.
Namun, tirai itu tak akan selamanya berdiri,
Ada angin perubahan yang perlahan bertiup,
Angin yang membawa serta suara-suara ketidakadilan,
Angin yang akan menggoyahkan tirai keserakahan.
Karena di balik setiap tirai yang tebal,
Ada mata yang masih bisa melihat,
Ada hati yang masih bisa merasa,
Ada jiwa yang masih peduli.
Tirai keserakahan suatu hari akan robek,
Mengungkap wajah-wajah di baliknya,
Menggugurkan topeng-topeng kemunafikan,
Dan dunia akan melihat kebenaran yang selama ini tersembunyi.
### Akhir Kata
"Tirai Keserakahan" adalah seruan,
Untuk tidak lagi membiarkan kepalsuan menutupi kebenaran,
Untuk membuka mata dan melihat dunia dengan jernih,
Untuk berdiri bersama melawan ketidakadilan,
Dan menciptakan dunia di mana semua orang bisa hidup dengan martabat,
Di mana tidak ada lagi tirai yang memisahkan kita,
Dari keadilan dan kebenaran yang sejati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H