Mohon tunggu...
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Di Bawah Langit yang Sama, Rasa yang Berbeda (Sebuah Monolog)

13 Juni 2024   20:16 Diperbarui: 13 Juni 2024   20:18 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Tersentak, lalu berbicara dengan nada lebih keras)

Kenapa? Apa yang terjadi dengan kita? Apa yang membuatmu berubah? Apa yang membuatku kehilangan dirimu, sedikit demi sedikit? Pertanyaan-pertanyaan itu terus menghantuiku. Di malam-malam sunyi seperti ini, di bawah bintang-bintang yang bersinar terang, aku mencari jawaban yang tak pernah kutemukan.

(Tersenyum pahit, kembali menatap langit)

Aku masih ingat saat kita berbaring di rumput, memandang bintang-bintang. Kau berkata bahwa bintang-bintang itu seperti harapan kita, bersinar terang di kegelapan. Tapi kini, harapan itu terasa jauh, tak terjangkau. Bintang-bintang yang dulu terasa hangat, kini terasa dingin dan asing.

(Diam sejenak, lalu berbicara dengan nada lembut)

Aku masih di sini, di bawah langit yang sama, mengenang semua yang pernah kita lalui. Aku tahu, aku tak bisa memaksamu untuk tetap di sini, untuk tetap menjadi seperti dulu. Mungkin memang kita ditakdirkan untuk berjalan di jalur yang berbeda, dengan rasa yang tak lagi sama.

(Menangis perlahan, tetapi tetap tegar)

Aku akan belajar menerima. Aku akan belajar merelakan. Di bawah langit yang sama, aku akan menemukan jalanku sendiri. Meskipun rasa kita berbeda, aku akan terus berjalan, membawa kenangan tentang kita, tentang janji-janji yang pernah kita buat. 

(Melihat ke arah penonton, dengan tatapan penuh harapan)

Dan suatu hari nanti, mungkin di bawah langit yang sama, aku akan menemukan kembali kebahagiaan itu. Bukan denganmu, tapi dengan diriku sendiri. Karena aku tahu, meskipun rasa kita berbeda, langit akan selalu ada di sana, mengingatkanku bahwa hidup terus berjalan, bahwa harapan akan selalu ada.

(Tersenyum dengan air mata yang mengalir, lalu menutup monolog dengan nada tegas)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun