Pendahuluan
Indonesia, sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, memiliki sejarah panjang dalam mengintegrasikan ajaran Islam dengan berbagai ideologi dan gerakan sosial. Salah satu gerakan yang menonjol adalah Marhaenisme, yang diperkenalkan oleh Soekarno, bapak proklamator Indonesia. Marhaenisme mengedepankan keadilan sosial dan kesejahteraan rakyat kecil, konsep yang selaras dengan nilai-nilai keadilan dalam Islam. Namun, dalam perjalanannya, baik Islam maupun Marhaenisme sering kali menghadapi berbagai tantangan dan penghinaan dari berbagai pihak. Meskipun demikian, keduanya tetap mulia dan relevan dalam membangun masyarakat yang adil dan makmur.
Islam: Ajaran Mulia yang Tak Lekang oleh Waktu
Islam adalah agama yang membawa pesan kedamaian, keadilan, dan kasih sayang. Dalam Al-Quran dan hadits, terdapat banyak sekali ajaran yang menekankan pentingnya keadilan sosial, perlindungan terhadap kaum lemah, dan upaya untuk menghapuskan kemiskinan. Prinsip-prinsip ini sangat relevan dalam konteks sosial-ekonomi yang sering kali tidak adil dan penuh ketimpangan.
Sejarah mencatat bahwa Islam telah berperan penting dalam mendorong peradaban manusia menuju kemajuan. Pada masa keemasan Islam, umat Muslim berhasil menciptakan berbagai inovasi di bidang sains, teknologi, dan seni yang kemudian menjadi fondasi bagi perkembangan dunia modern. Meskipun sering kali menghadapi fitnah dan serangan dari berbagai pihak, Islam tetap teguh sebagai ajaran yang mulia dan membawa berkah bagi umat manusia.
Marhaenisme: Ideologi Keadilan Sosial
Marhaenisme adalah ideologi yang dikembangkan oleh Soekarno, berdasarkan pengamatannya terhadap nasib rakyat kecil, yang disebutnya sebagai 'Marhaen'. Marhaenisme menekankan pentingnya keadilan sosial, di mana setiap orang memiliki hak yang sama atas sumber daya dan kesempatan. Prinsip ini sejalan dengan ajaran Islam yang mengutamakan keadilan dan kesejahteraan bagi semua.
Dalam Marhaenisme, Soekarno menggagas konsep ekonomi yang berfokus pada pemberdayaan rakyat kecil dan penghapusan penindasan oleh kapitalisme. Ini tercermin dalam usaha-usaha nasionalisasi aset-aset strategis dan pengembangan koperasi sebagai alat ekonomi rakyat. Meskipun sering kali dihujat sebagai utopia atau ilusi, Marhaenisme telah menunjukkan daya tahannya dalam menghadapi berbagai tantangan dan tetap menjadi panduan dalam perjuangan mencapai keadilan sosial di Indonesia.
 Keselarasan Islam dan Marhaenisme
Kedua ajaran ini memiliki titik temu yang signifikan, terutama dalam hal keadilan sosial dan keberpihakan pada kaum lemah. Dalam Islam, konsep zakat, infak, dan sedekah adalah instrumen yang bertujuan untuk meratakan distribusi kekayaan dan membantu mereka yang membutuhkan. Ini selaras dengan prinsip Marhaenisme yang berusaha menghapuskan ketimpangan ekonomi dan memberdayakan rakyat kecil.