Dalam konteks Indonesia, yang memiliki masalah gizi buruk dan stunting yang signifikan, inisiatif seperti Program Makan Bergizi Gratis untuk Anak-Anak oleh Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, Prsidn Dan Wapres RI Terpilih 2024-2029, patut diapresiasi.Â
Program ini dirancang untuk menyediakan makanan bergizi secara gratis bagi anak-anak, dengan tujuan meningkatkan kualitas gizi dan kesehatan generasi muda. Namun, seperti halnya setiap program sosial, penting untuk melihatnya dari berbagai sudut pandang, termasuk dari perspektif Marhaenisme, ideologi yang berakar pada perjuangan rakyat kecil (Marhaen).
#### Kritik dari Perspektif Marhaenisme
1. **Akar Masalah Kemiskinan:**
Marhaenisme menekankan pada pentingnya mengatasi akar masalah kemiskinan dan ketidaksetaraan. Program makan bergizi gratis adalah langkah positif, tetapi tidak secara langsung mengatasi penyebab dasar dari kemiskinan yang menyebabkan kurangnya akses terhadap makanan bergizi. Perlu ada pendekatan yang lebih holistik yang mencakup pendidikan, pekerjaan yang layak, dan akses terhadap sumber daya.
2. **Ketergantungan dan Kemandirian:**
Program bantuan seperti ini bisa saja menciptakan ketergantungan pada bantuan pemerintah daripada mempromosikan kemandirian. Marhaenisme mendorong pemberdayaan rakyat agar mereka bisa mandiri secara ekonomi. Oleh karena itu, program ini sebaiknya disertai dengan upaya untuk meningkatkan kemandirian ekonomi keluarga, seperti pelatihan keterampilan dan dukungan usaha kecil.
3. **Partisipasi Komunitas:**
Dalam semangat Marhaenisme, partisipasi aktif dari komunitas dalam merancang dan melaksanakan program sangat penting. Jika program ini dirancang dan dijalankan tanpa keterlibatan komunitas lokal, ada risiko bahwa program tersebut tidak sepenuhnya memenuhi kebutuhan spesifik dari masyarakat. Partisipasi komunitas juga memastikan bahwa program ini berkelanjutan dan relevan.
#### Saran untuk Peningkatan Program