Mohon tunggu...
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bung Karno dan Kabinet Ampera: Ujian Politik dan Kewibawaan sang Pemimpin Besar Revolusi

7 Juni 2024   04:31 Diperbarui: 7 Juni 2024   05:17 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketetapan MPRS ini merupakan cermin dari dinamika politik pada saat itu. Pembentukan Kabinet Ampera bukan hanya sekedar pergantian kabinet, tetapi juga mencerminkan upaya untuk mengatasi krisis yang melanda negara. Ketetapan ini menegaskan perlunya stabilitas dan pemulihan ekonomi sebagai prioritas utama.

Namun, di balik ketetapan ini juga terlihat adanya pergeseran kekuasaan. Soeharto, dengan dukungan dari militer dan elemen-elemen lain yang mendukung penindakan tegas terhadap PKI, semakin mengukuhkan posisinya. Ketetapan MPRS tersebut juga mencerminkan tekanan terhadap Bung Karno untuk menyesuaikan diri dengan realitas politik baru yang terbentuk pasca G30S/PKI.

Kesimpulan

Pembentukan Kabinet Ampera tahun 1966 merupakan salah satu ujian terberat dalam karier politik Bung Karno. Ketetapan MPRS No. XIII/MPRS/1966 menjadi simbol dari upaya untuk menstabilkan negara di tengah krisis politik dan sosial. Namun, langkah ini juga menandai awal dari penurunan kewibawaan Bung Karno sebagai pemimpin, dengan semakin dominannya peran Soeharto dalam pemerintahan.

Ujian politik dan kewibawaan Bung Karno selama masa ini menggambarkan betapa kompleksnya dinamika politik Indonesia pada pertengahan 1960-an. Sejarah ini menjadi pelajaran penting tentang bagaimana seorang pemimpin harus menghadapi krisis dengan bijaksana, menjaga stabilitas tanpa mengorbankan prinsip-prinsip fundamental yang menjadi dasar perjuangan bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun