### Pendahuluan
Bandung, sebagai salah satu kota besar di Indonesia, telah menjadi pionir dalam penerapan konsep Smart City dan Creative City. Smart City merujuk pada kota yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi operasional, berbagi informasi dengan publik, dan meningkatkan kualitas pelayanan pemerintah serta kesejahteraan warga. Sementara itu, Creative City adalah konsep kota yang memanfaatkan kreativitas warganya sebagai salah satu kekuatan utama untuk berkembang. Dalam konteks Indonesia, khususnya Bandung, gagasan ini dapat dianalisis melalui perspektif Marhaenisme, sebuah ideologi yang dicetuskan oleh Bung Karno, sang Proklamator dan Presiden Pertama Indonesia.
### Marhaenisme: Landasan Filosofis
Marhaenisme adalah ideologi yang berakar dari pemikiran Bung Karno, yang fokus pada pembebasan rakyat dari penindasan ekonomi, sosial, dan politik. Marhaenisme berakar pada konsep kesejahteraan bagi kaum Marhaen---sebutan untuk rakyat kecil yang bekerja keras untuk menghidupi dirinya namun tidak memiliki akses yang memadai terhadap sumber daya ekonomi dan politik.
Konsep ini menekankan pentingnya kemandirian, keadilan sosial, dan pemerataan ekonomi. Bung Karno percaya bahwa negara harus melindungi kepentingan kaum Marhaen dan memberikan mereka kesempatan yang setara untuk berkembang. Dengan demikian, Marhaenisme mempromosikan ekonomi yang berdikari dan berkeadilan, serta pembangunan yang berfokus pada kesejahteraan rakyat.
### Bandung Smart City dalam Perspektif Marhaenisme
Bandung Smart City bertujuan untuk mengintegrasikan teknologi dan informasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik. Ini mencakup berbagai inisiatif, seperti sistem transportasi pintar, manajemen sampah berbasis teknologi, pelayanan kesehatan digital, dan transparansi pemerintah melalui platform e-government.
Dalam perspektif Marhaenisme, penerapan Bandung Smart City harus mengutamakan kepentingan dan kesejahteraan kaum Marhaen. Beberapa poin penting dalam hal ini antara lain:
1. **Aksesibilitas Teknologi**: Semua lapisan masyarakat, termasuk kaum Marhaen, harus memiliki akses yang setara terhadap teknologi. Program pelatihan dan pendidikan teknologi harus digalakkan untuk memastikan tidak ada yang tertinggal dalam era digital.
2. **Peningkatan Kualitas Hidup**: Teknologi harus digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup warga, seperti melalui pengelolaan transportasi yang lebih efisien, sistem kesehatan yang lebih responsif, dan pelayanan publik yang lebih mudah diakses.
3. **Transparansi dan Partisipasi**: Pemerintah harus transparan dalam pengelolaan kota dan mengajak partisipasi aktif warga dalam pengambilan keputusan. Ini sejalan dengan prinsip Marhaenisme yang menekankan demokrasi dan keadilan sosial.
4. **Pemberdayaan Ekonomi Lokal**: Smart City harus mendukung ekonomi lokal dengan memberikan platform bagi usaha kecil dan menengah (UKM, dalam hal ini PKL PKL yang terpinggirkan kan pun termasuk bagian dari UKM) untuk berkembang, serta menciptakan ekosistem yang mendukung inovasi dan kewirausahaan.
### Bandung Creative City dalam Perspektif Marhaenisme
Bandung telah lama dikenal sebagai kota kreatif dengan komunitas seni dan budaya yang dinamis. Bandung Creative City mengacu pada pemanfaatan potensi kreatif warga untuk memajukan kota, baik dalam bidang seni, desain, musik, kuliner, hingga teknologi.
Dalam perspektif Marhaenisme, Bandung Creative City harus menjadi alat untuk memberdayakan kaum Marhaen melalui kreativitas. Beberapa aspek penting dalam hal ini meliputi:
1. **Pendidikan dan Pelatihan Kreatif**: Mendorong pendidikan dan pelatihan dalam bidang kreatif bagi semua lapisan masyarakat, sehingga kaum Marhaen memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan bakat dan keterampilannya.
2. **Ekosistem Kreatif yang Inklusif**: Membangun ekosistem kreatif yang inklusif di mana semua individu, tanpa memandang latar belakang sosial ekonomi, dapat berpartisipasi dan berkontribusi. Ini mencakup penyediaan ruang publik untuk berkarya dan berinovasi.
3. **Kolaborasi dan Sinergi**: Mendorong kolaborasi antara berbagai komunitas kreatif, pemerintah, dan sektor swasta untuk menciptakan sinergi yang produktif. Ini sejalan dengan semangat gotong royong yang menjadi inti dari Marhaenisme.
4. **Pemberdayaan Ekonomi Kreatif**: Mendukung ekonomi kreatif dengan kebijakan yang menguntungkan bagi usaha kreatif lokal, memberikan insentif, dan akses ke pasar yang lebih luas. Ini membantu kaum Marhaen dalam mengembangkan usaha kreatif dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka.
### Kesimpulan
Konsep Bandung Smart City dan Bandung Creative City jika dilihat dari perspektif Marhaenisme Bung Karno, harus berpusat pada kesejahteraan rakyat kecil dan pemberdayaan ekonomi lokal. Smart City dan Creative City bukan hanya tentang teknologi dan inovasi, tetapi juga tentang bagaimana teknologi dan kreativitas dapat digunakan untuk menciptakan keadilan sosial, mengurangi kesenjangan, dan memberikan kesempatan yang setara bagi semua warga.
Melalui penerapan prinsip-prinsip Marhaenisme, Bandung dapat menjadi contoh bagaimana sebuah kota bisa maju secara teknologi dan kreatif tanpa meninggalkan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan sosial. Ini adalah tantangan sekaligus peluang bagi Bandung untuk membuktikan bahwa kemajuan dan kesejahteraan dapat berjalan beriringan dalam harmoni.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H