Mohon tunggu...
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Cita-cita Reformasi Mei 1998 Pupus di Tangan Partai-partai Neolib di DPR

21 Mei 2024   10:17 Diperbarui: 22 Mei 2024   10:17 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.merdeka.com/jatim/18-mei-1998-ribuan-mahasiswa-kuasai-gedung-mprdpr-ri-awal-mula-reformasi-kln.html

Reformasi Mei 1998 adalah momen bersejarah bagi bangsa Indonesia. Jatuhnya rezim Orde Baru yang telah berkuasa selama lebih dari tiga dekade memberikan harapan baru bagi rakyat Indonesia untuk membangun negeri yang lebih demokratis, adil, dan sejahtera. Namun, setelah lebih dari dua dekade berlalu, banyak yang merasa bahwa cita-cita luhur reformasi tersebut telah terpinggirkan dan bahkan pupus harapan di tangan partai-partai borjuis dan neoliberal yang kini mendominasi panggung politik Indonesia.

#### Awal Reformasi: Harapan dan Janji

Gerakan reformasi yang meletus pada Mei 1998 dipicu oleh krisis ekonomi yang melanda Indonesia, diperburuk oleh ketidakadilan dan korupsi yang merajalela di bawah pemerintahan Soeharto. Tuntutan utama reformasi meliputi pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), penegakan hukum yang adil, dan pembukaan ruang demokrasi yang lebih luas. Rakyat menginginkan perubahan mendasar dalam sistem politik dan pemerintahan yang selama ini cenderung otoriter dan tidak berpihak kepada mereka.

Partai-partai politik baru bermunculan dengan membawa semangat perubahan. Di awal era reformasi, kita menyaksikan sebuah gelombang besar demokratisasi, di mana kebebasan berpendapat, berkumpul, dan berserikat mulai dihormati. Sistem multipartai yang selama ini dibatasi pun mulai berkembang, memberikan harapan akan terwujudnya pemerintahan yang lebih representatif dan akuntabel.

#### Konsolidasi Kekuasaan Partai-Partai Borjuis

Namun, seiring berjalannya waktu, partai-partai politik yang awalnya membawa semangat reformasi perlahan-lahan berubah. Partai-partai tersebut, yang kini mendominasi panggung politik Indonesia, cenderung lebih mementingkan kepentingan elit dan oligarki daripada memperjuangkan kesejahteraan rakyat. Proses demokratisasi yang seharusnya membawa kebaikan bagi seluruh lapisan masyarakat justru dimanfaatkan oleh segelintir elit politik untuk memperkaya diri dan mempertahankan kekuasaan.

1. **Praktik Korupsi yang Merajalela**: Salah satu cita-cita utama reformasi adalah pemberantasan korupsi. Namun, hingga saat ini, korupsi masih menjadi masalah besar di Indonesia. Banyak elit politik dari berbagai partai terlibat dalam kasus-kasus korupsi besar yang merugikan negara triliunan rupiah. Ironisnya, mereka yang seharusnya menjadi teladan dalam penegakan hukum justru sering kali lolos dari jerat hukum melalui berbagai cara.

2. **Politik Uang dan Patronase**: Praktik politik uang dan patronase telah menjadi fenomena umum dalam pemilu di Indonesia. Partai-partai borjuis menggunakan kekayaan mereka untuk membeli suara dan mendukung kandidat-kandidat yang setia kepada mereka, bukan yang benar-benar memiliki kemampuan dan integritas. Hal ini menciptakan sistem politik yang tidak sehat dan jauh dari prinsip demokrasi yang sejati.

3. **Pengkhianatan terhadap Janji Reformasi**: Banyak kebijakan yang diambil oleh partai-partai borjuis justru bertentangan dengan semangat reformasi. Kebijakan ekonomi yang pro-elit dan pro-kapitalis lebih sering diutamakan, sementara rakyat kecil terus terpinggirkan. Janji-janji reformasi tentang kesejahteraan sosial dan pemerataan ekonomi seolah-olah hanya menjadi slogan kosong yang diabaikan setelah mereka berkuasa.

#### Dampak Terhadap Demokrasi dan Kesejahteraan Rakyat

Dominasi partai-partai borjuis dalam politik Indonesia memiliki dampak yang signifikan terhadap demokrasi dan kesejahteraan rakyat. Sistem politik yang didominasi oleh elit borjuis cenderung eksklusif dan tidak representatif, yang pada gilirannya menciptakan ketidakpuasan dan apatisme di kalangan rakyat. Partisipasi politik yang rendah dan rendahnya kepercayaan terhadap institusi demokrasi adalah indikasi dari kegagalan partai-partai politik dalam memenuhi aspirasi rakyat.

1. **Penurunan Partisipasi Politik**: Ketidakpuasan terhadap partai-partai politik yang hanya mementingkan kepentingan elit menyebabkan penurunan partisipasi politik di kalangan masyarakat. Banyak orang merasa bahwa suara mereka tidak akan membawa perubahan nyata, sehingga mereka memilih untuk tidak terlibat dalam proses politik.

2. **Ketimpangan Ekonomi yang Semakin Lebar**: Kebijakan ekonomi yang diambil oleh partai-partai borjuis sering kali hanya menguntungkan segelintir orang kaya dan korporasi besar. Akibatnya, ketimpangan ekonomi semakin melebar, dan kesenjangan sosial semakin terlihat. Rakyat kecil yang seharusnya mendapatkan manfaat dari reformasi justru semakin terpinggirkan.

3. **Krisis Kepercayaan terhadap Institusi Demokrasi**: Maraknya korupsi dan praktik politik yang tidak sehat menyebabkan krisis kepercayaan terhadap institusi demokrasi. Rakyat merasa bahwa sistem politik hanya menguntungkan para politisi dan elit borjuis, sementara kepentingan mereka diabaikan.

#### Mengembalikan Cita-Cita Reformasi

Untuk mengembalikan cita-cita reformasi yang telah mati di tangan partai-partai borjuis, perlu ada langkah-langkah konkret dan keberanian politik yang besar. Reformasi tidak boleh berhenti di tengah jalan; kita harus terus berjuang untuk mewujudkan Indonesia yang demokratis, adil, dan sejahtera.

1. **Penguatan Institusi Antikorupsi**: Lembaga-lembaga antikorupsi seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) harus diperkuat dan diberi dukungan penuh untuk menjalankan tugasnya tanpa intervensi politik. Hanya dengan memberantas korupsi secara tuntas, kita bisa membangun pemerintahan yang bersih dan akuntabel.

2. **Reformasi Sistem Pemilu**: Sistem pemilu harus direformasi untuk mengurangi praktik politik uang dan memastikan bahwa wakil-wakil rakyat yang terpilih benar-benar representatif dan memiliki integritas. Salah satu cara adalah dengan menerapkan sistem proporsional tertutup yang lebih mengutamakan program partai daripada individu.

3. **Peningkatan Partisipasi Publik**: Partisipasi publik dalam proses politik harus ditingkatkan. Rakyat harus diberi ruang untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang menyangkut nasib mereka. Pendidikan politik juga harus diperkuat agar masyarakat lebih sadar akan hak dan kewajiban mereka sebagai warga negara.

4. **Kebijakan Ekonomi yang Pro-Rakyat**: Pemerintah harus mengutamakan kebijakan ekonomi yang berpihak kepada rakyat kecil. Program-program sosial seperti jaminan kesehatan, pendidikan gratis, dan bantuan untuk usaha kecil menengah harus diperluas dan diperkuat.

#### Penutup

Cita-cita reformasi Mei 1998 adalah harapan bagi rakyat Indonesia untuk mewujudkan negeri yang lebih baik. Namun, dominasi partai-partai borjuis yang lebih mementingkan kepentingan elit telah mengkhianati semangat tersebut. Untuk mengembalikan cita-cita reformasi, kita perlu keberanian politik dan komitmen kuat untuk memperjuangkan kepentingan rakyat, memberantas korupsi, dan mewujudkan demokrasi yang sejati. Hanya dengan demikian, kita bisa melanjutkan perjuangan reformasi dan membangun Indonesia yang adil, demokratis, dan sejahtera.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun