Bandung, kota kreatif yang kerap disebut sebagai Paris van Java, tidak hanya dikenal dengan keindahan alam dan kuliner yang menggoda. Kota ini juga dikenal sebagai pusat kebudayaan dan seni. Namun, di balik gemerlap tersebut, ada sebuah komunitas yang kerap terpinggirkan, yakni para pengamen jalanan.Â
Janji yang pernah disampaikan oleh Pemerintah Kota Bandung (Pemkot) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bandung untuk menyediakan ruang seni bagi mereka seolah hanya menjadi angin lalu. Hingga saat ini, implementasi dari janji tersebut masih jauh dari harapan.
Janji yang Belum Terwujud
Beberapa tahun yang lalu, Pemkot Bandung dan DPRD Kota Bandung telah berkomitmen untuk menyediakan ruang seni bagi pengamen jalanan sebagai bagian dari upaya mengembangkan potensi seni dan budaya lokal. Komitmen ini disambut dengan antusias oleh para pengamen yang berharap dapat mengekspresikan bakat mereka di tempat yang lebih layak dan terorganisir. Namun, realitas di lapangan menunjukkan bahwa janji tersebut belum sepenuhnya terealisasi.
Berbagai faktor seperti keterbatasan anggaran, prioritas program pembangunan yang bergeser, serta birokrasi yang rumit sering kali menjadi alasan yang dikemukakan oleh pihak pemerintah. Padahal, para pengamen jalanan terus berjuang di tengah kerasnya kehidupan kota, dengan harapan dapat berkontribusi lebih bagi kebudayaan Bandung.
Urgensi Penyediaan Ruang Seni
Ketersediaan ruang seni bagi pengamen jalanan bukan sekadar pemenuhan janji politik. Ini merupakan langkah nyata untuk mengapresiasi dan mengembangkan potensi seni di kalangan masyarakat yang sering kali tidak mendapatkan perhatian. Ruang seni dapat menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi pengamen untuk berkreasi, sekaligus menjadi wadah bagi mereka untuk belajar dan meningkatkan kualitas seni mereka.
Selain itu, ruang seni juga dapat berfungsi sebagai pusat kegiatan budaya yang melibatkan masyarakat luas. Hal ini sejalan dengan visi Kota Bandung sebagai kota kreatif yang inklusif, di mana setiap individu, tanpa memandang latar belakang sosial, memiliki kesempatan yang sama untuk berkontribusi dalam pembangunan kebudayaan kota.
Langkah Konkret yang Diperlukan
Untuk mewujudkan ruang seni bagi pengamen jalanan, diperlukan langkah-langkah konkret dari Pemkot Bandung dan DPRD Kota Bandung. Beberapa langkah yang bisa diambil antara lain:
1. Pemetaan dan Identifikasi: Melakukan pemetaan dan identifikasi terhadap komunitas pengamen jalanan yang ada di Kota Bandung. Ini penting untuk mengetahui jumlah dan kebutuhan spesifik dari para pengamen tersebut.
2. Kolaborasi dengan Komunitas Seni: Mengajak komunitas seni dan budaya yang sudah mapan untuk berkolaborasi dalam pembinaan dan pengelolaan ruang seni. Komunitas seni ini bisa memberikan pelatihan dan mentoring bagi para pengamen.
3. Pengalokasian Anggaran: Menyediakan anggaran khusus dalam APBD untuk pembangunan dan operasional ruang seni. Transparansi dan akuntabilitas dalam penggunaan anggaran ini juga harus dijaga agar tepat sasaran.
4. Sosialisasi dan Promosi: Melakukan sosialisasi dan promosi mengenai ruang seni ini kepada masyarakat luas. Hal ini penting agar ruang seni tidak hanya dimanfaatkan oleh pengamen jalanan, tetapi juga oleh masyarakat umum yang ingin mengapresiasi karya seni mereka.
Harapan untuk Masa Depan
Dengan langkah-langkah yang tepat dan komitmen yang kuat, penyediaan ruang seni bagi pengamen jalanan dapat segera terwujud. Ini bukan hanya soal memenuhi janji, tetapi juga tentang memberikan kesempatan dan penghargaan kepada mereka yang selama ini telah berkontribusi dalam warna-warni kehidupan kota melalui seni jalanan.
Masyarakat Bandung, khususnya para pengamen jalanan, menanti dengan penuh harap agar janji ini tidak lagi hanya menjadi sekadar retorika politik. Mereka membutuhkan ruang yang layak untuk berkarya dan berkreasi, serta pengakuan bahwa seni mereka juga merupakan bagian dari kebudayaan kota yang perlu dilestarikan dan dikembangkan.
Pemkot Bandung dan DPRD Kota Bandung harus bersikap proaktif dan segera merealisasikan janji tersebut. Dengan demikian, Bandung benar-benar dapat menjadi kota yang kreatif, inklusif, dan menghargai setiap warganya, termasuk para pengamen jalanan yang kerap terpinggirkan. Mari kita wujudkan Bandung sebagai kota yang tidak hanya indah secara fisik, tetapi juga kaya akan nilai-nilai kebudayaan dan seni yang menghargai semua kalangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H