Mohon tunggu...
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Marhaenis Muhammadiyah sebagai Ijtihad Kaum Muslim

19 Mei 2024   08:39 Diperbarui: 19 Mei 2024   09:01 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Marhaenis Muhammadiyah sebagai Ijtihad Kiri Islam

Dalam lanskap politik dan sosial Indonesia, gerakan-gerakan Islam sering kali dipandang melalui lensa yang beragam dan dinamis. Salah satu konsep yang menarik untuk dibahas adalah "Marhaenis Muhammadiyah," yang dapat dilihat sebagai bentuk ijtihad kiri dalam Islam. Marhaenisme, sebuah ideologi yang diusung oleh Soekarno, mengedepankan nasionalisme, sosialisme, dan kerakyatan. Sementara itu, Muhammadiyah adalah salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia yang berfokus pada purifikasi ajaran Islam dan modernisasi umat. Menggabungkan kedua konsep ini menghasilkan sebuah perspektif unik yang mengedepankan keadilan sosial dalam kerangka keislaman.

Sejarah Marhaenisme dan Muhammadiyah

Marhaenisme adalah sebuah ideologi yang dirumuskan oleh Sukarno berdasarkan pengamatannya terhadap kondisi rakyat kecil (kaum Marhaen) yang bekerja keras namun tetap hidup dalam kemiskinan. Marhaenisme menekankan pentingnya kebersamaan, gotong royong, dan keadilan sosial sebagai dasar dari kehidupan bermasyarakat. Dalam konteks sejarah Indonesia, Marhaenisme menjadi landasan utama dalam perjuangan kemerdekaan dan pembentukan negara yang merdeka, bersatu, dan berdaulat.

Di sisi lain, Muhammadiyah didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada tahun 1912 sebagai gerakan pembaruan Islam yang bertujuan untuk memurnikan ajaran Islam dari praktik-praktik yang dianggap tidak sesuai dengan Quran dan Hadits. Muhammadiyah juga berfokus pada pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial sebagai upaya untuk memajukan umat Islam di Indonesia. Gerakan ini dikenal dengan pendekatan yang modernis dan rasional dalam menginterpretasikan ajaran Islam.

Ideologi Marhaenis Muhammadiyah

Marhaenis Muhammadiyah merupakan sintesis antara Marhaenisme dan prinsip-prinsip Muhammadiyah. Sintesis ini dapat dilihat sebagai bentuk ijtihad, yaitu usaha intelektual untuk memahami dan menerapkan ajaran Islam dalam konteks yang berubah. Dalam hal ini, Marhaenis Muhammadiyah mengambil elemen-elemen progresif dari Marhaenisme dan mengintegrasikannya dengan ajaran Islam yang dimurnikan oleh Muhammadiyah.

Nasionalisme dan Sosialisme dalam Islam

Marhaenisme mengedepankan nasionalisme dan sosialisme sebagai dua pilar utama. Nasionalisme dalam konteks Marhaenis Muhammadiyah berarti cinta tanah air yang diwujudkan dalam bentuk kontribusi nyata untuk kemajuan bangsa. Sementara itu, sosialisme diterjemahkan sebagai upaya untuk mencapai keadilan sosial dan pemerataan kesejahteraan. Ini sejalan dengan prinsip Islam tentang keadilan ('adl) dan persaudaraan (ukhuwah).

Dalam Marhaenis Muhammadiyah, nasionalisme tidak bertentangan dengan Islam, melainkan dipandang sebagai bagian dari tanggung jawab seorang Muslim untuk menjaga dan membangun negaranya. Sosialisme diterapkan dengan prinsip-prinsip Islam yang menekankan pada pentingnya zakat, infaq, sedekah, dan distribusi kekayaan yang adil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun