Mohon tunggu...
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Buruh Migran dan Persoalan Imperialisme-Nekolim

6 Februari 2024   14:08 Diperbarui: 6 Februari 2024   15:05 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
solidaritasperempuan.org

3) Monopoli kolonialnya.

Uraian Lenin sangat jelas: pengiriman buruh migran tidak lepas dari ekses imperialisme-Neokolonialisme, yaitu perampokan dan pengeringan sumber daya dan kekayaan alam negara-negara terbelakang, sekaligus sebuah modus baru untuk melayani kepentingan klas kapitalis di eropa sendiri dalam hubungannya dengan pelemahan serikat buruh di sana.

Indonesia, salah satu negara pengirim buruh migran terbesar di dunia, adalah merupakan contoh konkret dari korban imperialisme. 

Bukan hanya sumber daya dan kekayaan alamnya yang sudah diangkut ke negeri-negeri imperialis-kolonialis sejak beratus-ratus tahun, tetapi segala potensi kemajuannya pun sudah dihancurkan melalui kebijakan deregulasi ekonomi dan privatisasi milik publik.

Jumlah penduduk Indonesia sangat besar. Mestinya bisa menjadi potensi sumber daya dan sekaligus pasar yang besar. Tetapi karena Indonesia dijajah imperialisme-neokolonalisme, maka Indonesia gagal mengolah sumber daya alamnya, tidak bisa menjalankan industrialisasi secara terencana, dan gagal mengembangkan sektor pertaniannya menjadi modern.

Inilah yang menyebabkan tenaga kerja yang besar itu tidak tertampung. Sebagian berjuang sendiri di jalur ekonomi informal, sedangkan sebagian lagi harus rela menjadi buruh migran di negara-negara lain. 

Negara-negara imperialis pun mengambil keuntungan dari pengiriman tenaga kerja murah dari negeri-negeri terbelakang itu. 

James Petras, seorang intelektual kiri terkemuka di Amerika Serikat, menjelaskan bahwa kebijakan buruh migran memang dirancang untuk melayani kelas kapitalis, yakni melalui penciptaan "laskar cadangan tenaga kerja berupah murah".

Kelas kapitalis di negeri-negeri maju bisa memperkerjakan buruh migran dengan upah rendah, dengan demikian, menggantikan tenaga kerja terampil dan semi-terampil di negerinya yang berupah tinggi. 

Situasi ini juga dipergunakan oleh kelas kapitalis di negeri imperialis untuk melemahkan atau menjinakkan serikat buruh atau gerakan buruh di negerinya. 

Misalnya, hampir 20 tahun yang lalu, pekerja AS yang tergabung dalam serikat buruh di rumah potong dan pengepakan daging menerima kurang lebih $ 20 per jam dalam kondisi kerja yang relatif baik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun