3) Monopoli kolonialnya.
Uraian Lenin sangat jelas: pengiriman buruh migran tidak lepas dari ekses imperialisme-Neokolonialisme, yaitu perampokan dan pengeringan sumber daya dan kekayaan alam negara-negara terbelakang, sekaligus sebuah modus baru untuk melayani kepentingan klas kapitalis di eropa sendiri dalam hubungannya dengan pelemahan serikat buruh di sana.
Indonesia, salah satu negara pengirim buruh migran terbesar di dunia, adalah merupakan contoh konkret dari korban imperialisme.Â
Bukan hanya sumber daya dan kekayaan alamnya yang sudah diangkut ke negeri-negeri imperialis-kolonialis sejak beratus-ratus tahun, tetapi segala potensi kemajuannya pun sudah dihancurkan melalui kebijakan deregulasi ekonomi dan privatisasi milik publik.
Jumlah penduduk Indonesia sangat besar. Mestinya bisa menjadi potensi sumber daya dan sekaligus pasar yang besar. Tetapi karena Indonesia dijajah imperialisme-neokolonalisme, maka Indonesia gagal mengolah sumber daya alamnya, tidak bisa menjalankan industrialisasi secara terencana, dan gagal mengembangkan sektor pertaniannya menjadi modern.
Inilah yang menyebabkan tenaga kerja yang besar itu tidak tertampung. Sebagian berjuang sendiri di jalur ekonomi informal, sedangkan sebagian lagi harus rela menjadi buruh migran di negara-negara lain.Â
Negara-negara imperialis pun mengambil keuntungan dari pengiriman tenaga kerja murah dari negeri-negeri terbelakang itu.Â
James Petras, seorang intelektual kiri terkemuka di Amerika Serikat, menjelaskan bahwa kebijakan buruh migran memang dirancang untuk melayani kelas kapitalis, yakni melalui penciptaan "laskar cadangan tenaga kerja berupah murah".
Kelas kapitalis di negeri-negeri maju bisa memperkerjakan buruh migran dengan upah rendah, dengan demikian, menggantikan tenaga kerja terampil dan semi-terampil di negerinya yang berupah tinggi.Â
Situasi ini juga dipergunakan oleh kelas kapitalis di negeri imperialis untuk melemahkan atau menjinakkan serikat buruh atau gerakan buruh di negerinya.Â
Misalnya, hampir 20 tahun yang lalu, pekerja AS yang tergabung dalam serikat buruh di rumah potong dan pengepakan daging menerima kurang lebih $ 20 per jam dalam kondisi kerja yang relatif baik.Â