Ketika bangsa dan negara itu bangkrut atau loyo, maka perempuan itu juga akan bangkrut dan loyo; demikian juga sebaliknya. Itu tidak akan bisa dipisahkan.
Untuk itu, pemikiran pemikiran Sukarno soal perempuan dan bangsa masih sangat relevan dan penting. Dengan melakukan tugas-tugas kebangsaan, maka perempuan sebenarnya sedang berjuang untuk menaikkan posisi tawarnya. Ini juga menjadi gagasan Bung Karno dalam Sarinah 1947.
Demikian pula dengan Kartini, bahwa keterbelakangan kaum perempuan sangat berhubungan dengan jatuh bangunnya suatu bangsa dan negara. Jadi, dengan meminjam pemikiran Kartini, persoalan kemiskinan kaum perempuan bukan sekedar karena lemah dihadapan laki-laki atau miskin di tengah tengah masyarakat, tetapi kemiskinan kaum perempuan ini menjelaskan bahwa bangsa dan negara kita sedang lemah dan loyo.
Tentang arah gerakan kaum perempuan di Indonesia, sudah saatnya gerakan kaum perempuan berbicara soal kebangsaan kembali, yaitu bagiamana melemparkan kembali tugas-tugas kebangsaan yang ada dibawah kepada negara dalam hal ini pemerintah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H