Mohon tunggu...
Deni Ridwan
Deni Ridwan Mohon Tunggu... Akuntan - Just call me KangDeni

Pengamat pasar keuangan dan pasar kaki lima

Selanjutnya

Tutup

Money

Persaingan Bisnis Retail yang "Afghan"

26 Juni 2019   23:11 Diperbarui: 27 Juni 2019   07:21 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Persaingan usaha di bisnis retail yang makin ketat diyakini sebegai penyebab utama penutupan toko Giant dan supermarket besar lainnya. Umumnya telunjuk diarahkan pada semakin maraknya bisnis perdagangan online. Yang kadang luput dari perhatian sebagai salah satu penyebab adalah menjamurnya minimarket.Fenomena sejenis juga terjadi di Amerika. Sebuah kota di Oklahoma diberitakan tidak memiliki satupun grocery stores (toko atau supermarket yang menjual sayur, buah, daging dan makanan segar lainnya) akibat kalah bersaing dengan "one dollar shop" alias minimarket.Di US, setiap 6 jam berdiri 1 "one dollar shop" baru. Di Indonesia nampaknya tidak jauh beda. Pada 2017, jumlah toko Indomaret tercatat 15.335 gerai atau tumbuh 74 persen dari 2013. Pada saat bersamaan, jumlah toko Alfamart mencapai 13.400 gerai, naik 44 persen pada periode yang sama.

Apa masalahnya? One dollar shop atau minimarket jarang menjual sayur, buah, daging, dan makanan segar lainnya. Grocery store tidak mendapat laba yang banyak dari jualan makanan segar. Margin keuntungan yang lebih besar didapat dari sabun, tissue, permen, makanan dan minuman kemasan yang menjadi jualan utama minimarket.

Akibatnya, penduduk kota di Oklahoma tersebut tingkat kesehatannya termasuk yang paling buruk di US. Diyakini penyebab utamanya adalah pola makan yang lebih banyak konsumsi makanan pabrikan daripada makanan segar.

Untuk mengatasi masalah tersebut, berkat desakan dari warga, pemerintah kota menerapkan kebijakan pembatasan minimarket berdasarkan jarak wilayah, sehingga ada ruang yang cukup bagi grocery store untuk bertahan hidup.

Alhamdulillah di Indonesia masih ada abang-abang gerobak sayur yang kahadirannya dinanti emak-emak komplek dan tetap tersenyum walau dagangannya ditawar dengan harga Afghan, SADIS.
Tetapi sampai kapan pedagang sayur kecil dan grocery store besar bisa bertahan dari serbuan minimarket?

Nampaknya kita harus belajar ke Oklahoma.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun