Pasca kegagalan Klinsmann di 2006, DFB percaya bahwa Loew bisa meneruskan filosofi dan strategi yang diterapkan oleh Klinsmann yaitu sepakbola menyerang dengan karekter Jerman dan disupport dengan kekuatan pemain-pemain muda berkarakter. Untuk membangun tim ini maka dibutuhkan asisten-asisten yang memahami kultur, filosofi dan karakter tim Jerman seperti Hans Dieter Flick yang memiliki filosofi sepakbola menyerang, Oilver Bierhoff sang manajer, Mathias Summer dan Andreas Koepke yang membentuk karakter Naeur. Kegagalan Loew di PD sebelumnya bukan tidak mengundang kritik terutama dari mantan pemain-pemain Jerman sendiri yang lebih mengutamakan pragmatisme kemenangan, namun hanya karena keteguhan prinsiplah dan mau mendengar kritik menyebabkan Loew sukses memodifikasi tim dan mengantarkan Jerman merengkuh piala dunia 2014.
10 tahun yang dbutuhkan oleh Loew untuk merebut piala dunia bukanlah waktu yang singkat untuk membangun suatu sistem dan pola pembinaan. Disinilah seharusnya PSSI mencontoh DFB bagaimana seharusnya membangun suatu timnas yang hebat dengan membangun suatu sistem organisasi dan kompetisi domestik yang sehat yang dapat melahirkan pemain-pemain berbakat hasil didikan kompetisi bukan hasil dari blusukan ujicoba sehingga karakter dan filosofi bermain dari pemain dapat terbentuk.
Jerman tidak pernah menerapkan pelatnas jangka panjang. Pun tidak pernah melakukan cara yang instan. Bukan pula dengan cara naturalisasi pemain asing. Cara instan PSSI dengan menaturalisasi seorang Cristian Gonzales atau Greg Nwokolo sungguh hal yang sia-sia karena nyatanya sepakbola bukan ditentukan permainan seorang pemain, tapi permainan kolektivitas secara tim. Jadi seandainya timnas Garuda menaturalisasi seorang Messi pun tidak akan ada artinya, karena fakta membuktikan kemampuan mumpuni sekaliber Messi pun tidak mampu menjadikan Argentina juara dunia.
Jangan bermimpi terus PSSI!
Jerman yang berbintang 3 pun sudah melakukan perubahan organisasi belasan tahun yang lalu, dan saya masih percaya bahwa sepakbola adalah permainan kolektif dimana faktor kesuksesan ada pada pemain, pelatih dan pengurus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H