[caption caption=" "][/caption]
Sebagaimana diketahui, sebagian besar orang di dunia ini merasa kurang bahagia dalam hidupnya, akibat problematika hidup yang tak ada habisnya. Apakah itu problem ekonomi, masalah karir, masalah cinta, problem rumah tangga, kesehatan, dll.
Ketidakbahagiaan yang kita alami terus menerus setiap hari -- disadari maupun tidak -- mengakibatkan hilangnya gairah hidup, sikap cenderung pesimistik dan negatif, memburuknya kesehatan, termasuk tumbuhnya kanker dalam tubuh kita.
[caption caption="Depresi multidimensi"]
Ada sebuah kiat alternatif dan praktis untuk selalu hidup bahagia, setiap saat, meski dalam kondisi apapun. Kebahagiaan sejati yang sbnrnya dimiliki oleh setiap orang, namun sebagian besar orang tidak menyadarinya.
[caption caption="Pure soul, seperti balita yang tampak selalu bahagia"]
1. Tokoh Spiritual Paling Berpengaruh
Kiat sederhana tapi ampuh ini dikemukakan oleh Eckhart Tolle, yang disebut2 sebagai tokoh spiritual no. 1 paling berpengaruh di AS, dan no. 2 di dunia setelah Dalai Lama (referensi disini). Bedanya dengan tokoh2 spiritual seperti Dalai Lama atau Sri Paus yang hidup di "menara gading kependetaan”, Tolle adalah masyarakat biasa seperti kita2 ini.
[caption caption="Eckhart Tolle dan Dalai Lama"]
Tolle tak membuat sekte atau ajaran baru. Juga tidak terkait dengan agama atau kepercayaan tertentu. Dia hanya sharing pengalaman pribadinya sendiri, yang ternyata cocok dan mudah diikuti oleh masyarakat awam.
Buku pertama yang ditulis Tolle berjudul “The Power of NOW” terjual jutaan kopi, menempati #1 Best Sellers selama 5 tahun berturut2. Salah satu penggemar fanatik Tolle adalah Oprah Winfrey, yang kemudian aktif mempromosikan way of life Tolle melalui webinar yang diikuti jutaan orang.
[caption caption="Eckhart Tolle dan Oprah Winfrey"]
Oprah meyakini bahwa pandangan hidup sederhana yang dikemukakan Tolle berpotensi membuat dunia yang lebih baik. Oleh sebab itu ia mempromosikannya melalui acara khusus bertajuk “A New Earth”.
2. Pengalaman Praktis
Tolle tak pernah bermimpi menjadi spiritual guru ataupun selebritis. Umur 13 tahun, dia berhenti sekolah. Hidupnya selalu galau. Dia banyak mendalami filsafat2 berbagai agama. Akhirnya dia meneruskan skolah dan tamat kuliah di Cambridge University.
Setelah tamat kuliah, ia hidup sebagai gelandangan. Tak ada kerjaan. Tak ada penghasilan. Tak ada keluarga. Tak ada cinta.
Dalam kesendirian yang hening di taman-taman kota, dia banyak merenung, mengapa hidupnya seperti ini? Mengapa ia tidak bahagia?
Disitu dia terhentak. Loh, kok “aku” tidak tahan dengan “diriku”?? Berarti ada dua “aku” dong? Ada “aku” yang tidak tahan, dan ada “diriku” yang merasa menderita. Disitulah dia mendapat pencerahan tentang jati diri sejati, yakni “consciousness” (kesadaran, jiwa, ruh) diluar tubuh dan pikiran2 kita.
[caption caption="Spiritual enlightenment"]
3. Fokus pada “NOW”
Tolle sadar, bahwa yang membuat kita tidak bahagia adalah pikiran2 kita sendiri. Kita menghakimi masa lalu kita, sepertinya tidak sebagus orang lain. Kita cemas pada masa depan kita, takut terjadi hal2 yang buruk. Padahal, masa lalu dan masa depan adalah ilusi (referensi di Scientific American). Yang benar2 nyata hanyalah “everchanging NOW”.
Dari kacamata fisika kuantum, memang masa lalu, saat ini, dan masa depan eksis secara bersamaan. Demikian dikatakan oleh fisikawan ternama seperti Albert Einstein, Dr. Brian Greene, dll. Dalam teori relativitas, jika kita bergerak dalam kecepatan cahaya, maka waktu akan berhenti (T=0). Di alam keabadian, tak ada ruang dan waktu. Ini adalah kunci pemahaman eksistensi Ketuhanan yang tak berawal dan tak berakhir. It's all making sense.
Coba kita kosongkan pikiran2 tentang masa lalu dan masa depan. Fokus pada “momen SAAT INI”. Hilangkan pikiran2 dengan cara fokus pada panca indera kita. Fokus pada nafas kita. Rasakan sensasi saraf2 ketika jari2 tangan kita bersentuhan. Rasakan sensasi kehidupan (aliveness) tubuh kita pada SAAT INI. Jika dilakukan dengan khusyu’, apapun masalah dan kekhawatiran kita, segala kegalauan kita, akan hilang seketika.
[caption caption="Paris Hilton yang cantik dan superkaya tapi tak pernah bahagia, menenteng buku The Power of NOW yang membuatnya menemukan kebahagiaan sejati"]
4. Berserah Diri, Kebahagiaan Datang Sendiri
Setelah memperoleh pencerahan berupa “inner peaceful”, Tolle bertahun2 mengasah diri untuk selalu fokus pada momen SAAT INI. Saat itu, dia masih tetap jadi gelandangan. Bedanya, dia tak pernah gelisah dengan masa depan. Dia selalu damai dan bahagia dalam kondisi sesulit apapun.
Tolle tak pernah minta atau berambisi punya kehidupan yang lebih baik. Cukup fokus pada NOW, enjoy dan bersukur dalam NOW, serta berserah diri pada energi ilahiyah yang tak terhingga.
[caption caption="The power of surrender"]
Dengan sikap penuh syukur dan berserah diri seperti itu, justru jalan kesuksesan terbuka dengan sendirinya. Seolah2 alam semesta berkonspirasi untuk mendatangkan realitas yang terbaik buat dirinya.
Segala sesuatu menjadi mudah. Kesuksesan diperoleh melalui sangkaian peristiwa yang tampaknya serba “kebetulan”, yang dikenal dengan istilah synchronicity. Kebetulan ketemu si A. Kebetulan ketemu si B. Kebetulan terjadi peristiwa C, dll. Dan kita semua tau, tak ada peristiwa yang “kebetulan”, karena semua terjadi atas kehendak Yang Mahakuasa.
[caption caption="Dari gelandangan jadi selebritis dunia, Tolle bilang tak ada bedanya"]
Setelah menjadi orang sukses pun, Tolle tak pernah berubah. Tetap humble dan bersahaja. Ia tak pernah malu dengan masa lalunya jadi gelandangan yang terhina. Ia tak pernah bangga dengan kesuksesan saat ini sebagai selebritis kaya. Dan ia tak pernah cemas dengan masa depannya. Sebab, ia sdh mencapai taraf “inner peaceful”, selalu damai bahagia dalam kondisi apapun.
[caption caption="Eckhart Tolle & Jim Carrey. Kedalaman spiritual justru membuat hidup lebih ceria dan jenaka"]
Tolle merasa tidak membawa ajaran baru. Fokus pada “NOW” adalah metoda meditasi pada tradisi kuno Zen, Hindu, atau Buddha. Sikap “nerimo” juga dikenal dalam budaya Jawa Kuno. Sikap welas asih ada dalam ajaran Kristen. Dan sikap “berserah diri”, dalam bahasa Arab, disebut “Islam”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H