Namun Perang Salib yang merupakan produk Abad Kegelapan itu begitu mengakar dalam tradisi budaya Eropa, sampai sekarang. Seolah2 perang hasil rekayasa aliran sesat Knights Templar itu adalah “Perang Suci”, untuk membasmi umat Islam dan Yahudi yang mereka sebut “kaum barbar”.
[caption caption="Perayaan St. George’s Cross Day di Inggris"]
Padahal, dalam menjalankan “Perang Suci”, para Crusaders termasuk King Richard the Lion Heart melakukan pembunuhan massal yang biadab terhadap umat Islam dan Yahudi di Yerusalem, termasuk wanita dan anak2. Sebagaimana ditulis dalam penelitian yang dilakukan oleh Dr. Alan V. Murray dari University of Leeds: “The cold-blooded implementation of… ethnic cleansing” (genocide).
Alhasil, Perang Salib mewariskan kebencian 1000 tahun di antara umat Islam dan Yahudi di satu sisi, dan umat Kristen di sisi lainnya. Ini yang membuat sebagian umat beragama sangat mudah untuk diadudomba untuk berkonflik, seperti yang terjadi di Poso, Situbondo, Aceh, Tolikara Papua, dll.
[caption caption="Stop kekerasan dan konflik antaragama"]
7. Pesan Moral
Berkaca dari peristiwa awal pertama terjadinya perang antaragama, Perang Salib terjadi akibat fitnah dan hasutan Knights Templar yang merupakan penganut sekte Anti-Christ (al-Masih ad-Dajjal). Umat beragama diadudomba oleh segelintir kelompok anti-agama.
Semoga kita umat beragama memahami hal ini, agar jangan mudah diadudomba untuk melakukan "perang suci" palsu, kebiadaban dengan mengatasnamakan agama. Sebab, provokatornya adalah segelintir orang yang memiliki agenda ekonomi & politik tersembunyi. Merekalah penghasut (Ibrani: ha-Satan) yang sesungguhnya.
Salam damai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H