Akselerasi Menuju Kebangkitan Pendidikan
Pada dasarnya, setiap lulusan SLTA/SMA/SMU/MA memang memburu sosok perguruan tinggi ternama. Sebagian mereka, swasta atau negeri menjadi tak terlalu penting. Dan yang menjadi bahan pertimbangan, hanya faktor biaya pendidikan. Mereka relatif akan lebih memilih kampus yang biayanya sedikit murah. Itu sebuah indikasi, bahwa kampus yang berbiaya murah akan lebih banyak diburu calon mahasiswa ketimbang kampus yang berbiaya selangit. Namun, yang harus diperhatikan pihak kampus, murah bukan berarti murahan. Kualitas harus tetap ditingkatkan sebaik mungkin.
Persoalannya sekarang adalah dan sekaligus menjadi momok terbesar di dunia pendidikan kita, kampus seolah telah berubah menjadi korporasi pencari untung dengan biaya melambung. Lalu, jika sudah demikian, bagaimana bisa mencetak generasi muda yang handal? Kita hanya akan dipaksa menganga dan terpasung dalam kemandegan. Generasi kita tidak bisa kuliah. Sampai SMA pun sudah beruntung.
Lepas dari ukuran mampu atau tidak mampu dalam hal ukuran biaya, kita pun selanjutnya dihadapkan pada persoalan lainnya. Yang menjadi faktor terbentuknya pendidikan berkualitas adalah kualitas tenaga pengajar yang ada di kampus. Jika kualitas pengajar atau dosennya sudah berkaliber nasional atau internasional, tentu bisa membetot akselerasi menuju kebangkitan pendidikan kita.
Yang terpenting dan yang harus dilakukan adalah, bagaimana cara memikat agar generasi muda tertarik untuk kuliah. Ketertarikan calon mahasiswa bisa dipicu dari berbagai hal, misalnya saja dari segi fasilitas kampus, sarana dan prasarana yang memadai. Situasi dan lingkungan kampus yang nyaman pun, bisa jadi menjadi daya tarik para calon mahasiswa. Selain itu, pelayanan yang baik terhadap mahasiswa dan tidak mempersulit akan menjadi penentu ketertarikan calon mahasiswa. Terapkanlah konsep bahwa kampus itu sebagai pelayan mahasiswa bukan sebaliknya, kampus yang harus dilayani. Di era digital dan teknologi, bahkan semuanya bisa diubah menjadi layanan online. Dan, dalam keadaan apapun, civitas akademika harus tetap perjuangkan agar perguruan tinggi itu bisa go international dan dilirik jutaan mata dunia. Dengan menggalang berbagai kerjasama, beasiswa, tukar mahasiswa atau apapun.
Terakhir, inilah reaksi kegairahan saya di ajang iB Perbankan Syariah Kompasiana Blogging Day. Semoga, apa yang dikemukakan saya dapat memecut kita semua untuk segera berlari mengejar ketertinggalan. iB Perbankan Syariah, terus berkarya untuk negeri!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H